Rabu, 29 November 2017
PERINGATAN HUT PGRI Ke-72 dan KORPRI Ke-46 KOTA METRO
Peringatan HUT PGRI Ke-72 dan Korpri Ke-46 Kota Metro, di selenggarakan di lapangan 16 c, di hadiri oleh semua unsur, mau tahu, buka saja langsung videonya.
Sabtu, 04 November 2017
Sumber Daya Manusia Berkompeten Membutuhkan Pendidikan Karakter
Oleh:
Hadi Setiyo, S.Pd.
Gerakan
Penguatan Pendidikan karakter (PPK) menjadi hal yang krusial bagi Bangsa Indonesia,
di samping sumber daya manusia yang berkompetensi, sebab saat ini nampak berbagai
persoalan yang dapat mengancam keutuhan dan masa depan bangsa Indonesia.
Sebagai contoh maraknya tindakan intoleransi, munculnya gerakan-gerakan
separatis, sehingga dapat memecah belah kebhinekaan dan keutuhan NKRI, perilaku
kekerasan dalam lingkungan pendidikan dan di masyarakat, kejahatan seksual,
pergaulan bebas dan kecenderungan anak-anak muda pada narkoba, serta yang tidak
kalah penting mengenai tindak kejahatan kasus korupsi.
Pendidikan karakter di dunia
Pendidikan
Upaya
memperkuat pendidikan karakter Bangsa Indonesia, melalui salah satu butir termuat
dalam Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Beliau berkeinginan
melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang akan diterapkan di dalam
dunia pendidikan serta seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada
tahun 2010, pendidikan karakter sudah pernah dimunculkan sebagai gerakan
nasional.
Namun, keberadaan gerakan pendidikan karakter ini belum cukup kuat. Oleh sebab
itu, pendidikan karakter perlu diprioritaskan dan diperkuat kembali menjadi
gerakan nasional pendidikan karakter bangsa melalui program nasional Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK).
Dunia
pendidikan menjadi dasar yang sangat tepat bagi pembentukan karakter bangsa,
karena memiliki struktur, sistem dan perangkat yang tersebar di seluruh negeri
dari daerah sampai pusat. Pembentukan karakter bangsa ini ingin dilaksanakan
secara menyeluruh dan sistematis melalui program Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) yang terintegrasi dalam keseluruhan sistem pendidikan, budaya sekolah dan
dalam kerja sama dengan komunitas.
Tujuan dan penerapan Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter
Tujuan
program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara
masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional
Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas)
yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga
pendidikan karakter bangsa.
Penguatan
Pendidikan Karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara
bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas.
Program PPK diharapkan mampu menumbuhkan semangat belajar dan membuat peserta
didik senang di sekolah sebagai rumah yang ramah untuk bertumbuh dan
berkembang.
Penerapan
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah melalui pendekatan pendidikan
karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat sesuai dengan potensi
lingkungan dan kearifan lokal yang ada.
Senin, 23 Oktober 2017
Faktor Pendidikan Nomor Satu Demi Keluarga
Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.
METRO,
MI
Keluarga
merupakan tatanan institusi dan secara masif bagian dari masyarakat Indonesia.
Negara Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju yang ada di dunia,
sehingga tidak hanya menyandang sebuah negara yang sedang berkembang dengan
berlarut-larut, sebagai catatan, harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
ada berkualitas. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas salah satunya, lahir dari
suatu keluarga yang memiliki sistem pendidikan yang baik. Jadi saling
berhubungan, sehingga faktor pendidikan ini lah yang harus dinomor satukan
dalam keluarga tersebut.

Pendidikan Di Lingkungan
Keluarga
Penerapan
pendidikan di lingkungan keluarga,yaitu dengan senantiasa menerapkan pola
disiplin. Memang tidak seperti militer, namun dengan memiliki sikap disiplin,
maka akan menjadikan seorang anak menjadi bertanggungjawab dan tidak mudah
putus asa. Misalnya dengan memenejemen waktu antara bermain, belajar dan
membantu orangtua. Ketika putra-putrinya belajar, maka sebagai orangtua, ikut
mendampingi dan membimbing, mengajari sebisa mungkin. Ikut mengingatkan,
mengecek jadwal pelajaran, memfasilitasi apa keperluan yang dibutuhkan bagi
putra-putrinya, meski kesibukan akan hal pekerjaan yang begitu menguras tenaga
mereka tetap terapkan. Sehingga anak merasa dirinya diperhatikan dengan penuh
kasih sayang. “Walau badan terasa lelah, capek, seharian bekarja mencangkul,
tapi tetap saya sempatkan, padahal enaknya istirahat, kalau gak nonton televisi”.
Ujar Bapak Waluyo. “Tapi ya namanya
anak-anak kadang susah juga, apalagi teman-temanyakan bebas gak pernah belajar,
jadi keikut”. “Menjadi orangtua harus penuh kesabaran, ada satu lagi memberikan dorongan,
baik anggaota keluarga maupun sanak saudara dekat Lanjut Pak Waluyo. “Ponakan
saya Witono Hardi yang sekarang dosen ITS Surabaya itu juga tidak
henti-hentinya memberikan nasihat kepada anak-anak saya, efeknya luar biasa “.
Selain itu dengan mengedepankan toleransi dalam keluarga, karena walaupun satu
kandung, pola fikir putra-putri memiliki keberagaman, baik dari segi makanan
kesukaan, kebiasaan, ataupun dari sifat-sifat itu sendiri. Kejujuran, gotong
royong yang sangat langka dimasa sekarang, menjadi sebuah perhatian yang sangat
serius. Penerapanya dimulai dari ucapan, yang jauh dari kata dusta dan fitnah.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanawataala dengan
menertibkan dalam menjalankan ibadah suatu hal yang mutlak. Dengan
pembiasaan-pembiasaan ini yang natinya menjadi modal dalam mengarungi kehidupan
dilingkungan sosialnya.
Sekolah Formal
Menjadi Faktor Pendukung
Tekat
bulat dan keteguhan hati kuat yang dimiliki keluarga tersebut, maka memutuskan
putra-putrinya untuk dinyekolahkan hingga sarjana, agar tidak memiliki nasib
yang sama dengan orangtuanya kerja kasar. Menyadari bahwasanya putra-putri
tidak cukup dengan hanya meninggalkan harta-benda saja dan perlunya ilmu
pengetahuan dalam bekal hidup. Angan-angan ini tidak begitu mudah dilakukan,
karena begitu kuat pengaruh, terutama di lingkungan sekitar, cemooh,merendahkan
harkat martabat sering kali dilontarkan. Karena pada saat itu keluarga yang
menyekolahkan putra-putrinya hingga sarjana masih jarang. Pengaruh pergaulan
sang anak pun juga, membuat kerepotan orangtua, sampai gedek kepala.
Alhasil,
karena dalam lingkungan keluarga tersebut telah digembleng sangat matang,
dengan mengucap syukur alhamdulilah, keluarga Bapak Waluyo dan Ibu Sulasmi,
yang memiliki 5 buah hati mengenyam pendidikan hingga bangku sarjana. “Anak
saya 5, yang pertama laki-laki, bernama Sugiarto, dulu disekolahkan perusahaan
tempat ia bekerja digalangan kapal hingga ke Jepang. Ke-2 laki-laki, bernama
Anis Dianto, masuk UNILA tanpa tes mengambil jurusan pertanian, ke-3 Hadi Setiyo,
lulusan keguruan, ke-4 Dedi Riswanto, lulusan keguruan juga dan yang terakhir
perempuan, bernama Sulisetiani sama mengambil keguruan dan masih semester 1 ini”.
Ujar Pak Waluyo dengan gaya bahasa jawa tulenya. Kisah ini seyogyanya kita
jadikan renungan, bahwasanya keadaan ekonomi khusunya, bukan menjadi halangan
untuk meniti karier putra-putrinya dan materi, bukan tolak ukur kesuksesan. “Apalagi
sekarang, kita hidup jaman padang (era modern yang serba instan, serba mudah,
hidup kecukupan), agar pola fikir kita berkemajuan, sehingga menjadikan
keluarga yang berkualitas menuju Indonesia yang gemilang pesan Pak Waluyo.
Senin, 16 Oktober 2017
Post Power Syndrome, tak Mampu Menerima Keyataan Hidup saat Menjelang dan Masa Pensiun
Oleh:
Hadi Setiyo, S.Pd.

Masa pensiun mempengaruhi keadaan
psikologi pada mental seseorang. Masa transisi ini yang sering dianggap sebagai
kenyataan yang tidak menyenangkan, menimbulkan
kegundahan bagi mereka, hingga dapat mengalami stres berat, serta lebih dari
itu, namun disisi lain, tidak berpengaruh terhadap keadaan dari seseorang
tersebut. Masa pensiun menjadi momok sebagian besar kalangan atau bahkan secara
tidak sadar mengalami post power syndrome.
Post power syndrome merupakan suatu
gejala yang terjadi di mana seseorang tenggelam dan hidup di dalam
bayang-bayang kehebatan, keberhasilan masa lalunya sehingga cenderung sulit
menerima keadaan yang terjadi sekarang.
Seseorang yang mengalami post power syndrome, terutama yang
memiliki posisi pada jabatan penting, biasanya menganggap bahwa
jabatan/pekerjaan merupakan hal yang sangat membanggakan, bahkan cenderung
menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya sehingga ketika dijabat oleh orang
lain merasa tidak rela. Hal ini senada dengan pendapat Turner & Helms dalam bukunya yang menjelaskan penyebab post power syndrome, yaitu ketika
seseorang mengalami kehilangan pekerjaan (masa pensiun) yang merasa dirinya
menjadi kehilangan harga diri, jabatan, kebanggaan diri, serta hilangnya sumber
penghasilan. Tidak hanya itu, sebab lainya dapat terjadi karena
faktor, perubahan aktivitas dari aktif menjadi pasif, perubahan fasilitas, perubahan
lingkungan sosial, masa depan/jumlah tanggungan anak dll.
Beberapa gejala Post Power Syndrome dapat terlihat antara lain, menjadi lebih cepat
terlihat tua tampaknya, jika dibandingkan ketika masih bekerja, rambutnya didominasi
warna putih (uban), berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya
menjadi lemah. Cepat mudah tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin
menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, contoh lain menjadi
suka ikut campur dan mengatur secara berlebihan hal-hal di sekitarnya yang
bahkan bukan menjadi tanggung jawab ataupun urusannya dan tidak diminta. Malu bertemu
orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan
baik di rumah atau di tempat yang lain, ataupun frustasi. Di sisi lain gejala post power syndrome ini tentunya berbeda
pada setiap individu yang mengalaminya.
Masa pensiun bukan hal yang harus
ditakuti, dan dihindari, milikilah anggapan dalam hati nurani, bahwasanya di
dunia ini tidak ada yang abadi, semua yang bekerja akan memasuki masa-masa
tersebut, jadi tidak hanya sendiri. Seperti halnya Bapak Batu Bara yang telah
pensiun 12 tahun yang lalu dan telah berkarya selama 34 tahun, Beliau menuturkan
“Masa pensiun harus disyukuri”. “Melalui kesyukuran membuat seseorang bahagia,
bahkan menginingkan cepat pensiun, karena telah bosan, dan jenuh, padahal
setelah pensiun mau kegiatan apa belum ditentukan”. Ujar beliau. Keluarga
sebagai orang yang terdekat, harus memberikan motifasi serta dorongan terhadap
seseorang yang akan memasuki masa pensiun dan telah pensiun nantinya, bisa juga
dengan menyalurkan hobi-hobi, misalnya melalui beternak, berladang, menyibukan
diri dengan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Perlu di ingat yang terpenting,
membangun relasi yang baik dengan rekan kerja serta masyarakat sekitar dengan
sikap yang mulia, tidak anggkuh/sombong pada
saat masih aktif menjabat, sehingga ketika memasuki masa pensiun dan telah
pensiun tidak merasa takut, tertekan, akan adanya anggapan tidak diterima/dikuculkan
setelah kembali ditengah-tengah masyakata. Jabatan/kedudukan bersifat
sementara, tidak menjadi berarti ketika telah tidak menjabat/pensiun dan akan
kembali menjadi masyarakat biasa.
Senin, 09 Oktober 2017
Generasi Muda tak Boleh Melupakan Sejarah
Oleh:
Hadi Setiyo, S.Pd.

Salah satu dari 7 daftar nama yang masuk
target operasi PKI, yaitu Jenderal TNI Abdulharis Nasution (AH Nasution) namun beliau
selamat dari peristiwa maut, tetapi putrinya Ade Irma Suryani Nasution serta
Ajudan sang jenderal (Lettu CZI Pierre Andres Tendean) menjadi korban usaha
pembuhuhan tersebut. Adapun nama 6
jenderal senior TNI AD yang menjadi kebiadapan PKI meliputi, Letjen TNI, Ahmad Yani
(Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen
TNI, Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan
dan Pembinaan) dan Brigjen Donal Isacc Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima
AD Bidang Logistik) gugur di tempat. Tiga korban lainya Brigjen TNI, Sutoyo Siswomiharjo
(Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat), Mayjen TNI, Raden Soeprapto (Deputi II
Menteri/Panglima AD Bidang Administrasi) dan Mayjen TNI, Siswondo Parman (Asisten
I Menteri/Panglima AD Bidang Intelijen), dibawa oleh pemberontak dalam kondisi
hidup, ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta dan disiksa, dibunuh kemudian
jasatnya, baik yang gugur di tempat atau yang mengelami penyiksaan, dimasukan
ke dalam sumur yang dikenal sebagai lubang buaya.
Selain itu, pada sore hari 1 Oktober 1965, beberapa
orang lainnya juga turut menjadi korban: Bripka Karel Sasuit Tubun (Pengawal
kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena), Kolonel Katamso Darmo Kusumo
(Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta), Letkol Sugiono Mangunwiyoto (Kepala
Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta).
Sebagai generasi muda, harus mengetahui
bahwa PKI sebagai partai terlarang dan faham komunis tidak boleh tumbuh
keberadaanya di Indonesia. Terbukti telah melakukan pemberontakan tidak hanya
sekali. Maka dari itu apa yang telah terjadi tidak boleh terulang kembali
sekarang dan di era yang akan datang. Meski PKI sudah dibubarkan namun tetap
harus waspada, begitu juga dengan
faham-faham lain yang bertentangan dengan pancasila. Sebagai
wujud mengenang, dapat dilakukan dengan menonton bareng pemutaran film G30S/PKI
yang disutradarai oleh Arifi C Noer. Mengenang bukan berarti menimbulkan
kebencian dan menaruh dendam mendalam, namun dijadikan pembelajaran dan sangat
membahayakan keutuhan negara.
Empat pilar kebangsaan, Pancasila,
UUD1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia,
sebagai pilar yang merupakan unsur
memperkuat pemahaman setiap insan, untuk menepis pelemahan faham komunisme.
Tantangan yang terbesar saat ini yang dihadapi Bangsa Indonesia sangat
kompleks. Selain dari faham yang bertentangan dengan idiologi Pancasila. Suatu
perbuatan yang melanggar norma-norma Pancasila yaitu tindakan korupsi.
Apabila bercermin dari sejarah itu
sendiri, tidak selayaknya pewaris bangsa ini tega melakukan penghianatan
terhadap negaranya. Marak sekali sendi kehidupan dikotori dengan manusia yang
tak bermoral dengan tega melakukan
tindakan tersebut. Baik yang dilakukan untuk kepentingan
golonganya, maupun secara individu guna mamperkaya diri. Melalui kekuasaan
dengan membeda-bedakan antara pendukung dan yang tidak mendukung, sehingga
nampak sekali pilih kasih.
Selasa, 03 Oktober 2017
Geliat Literasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Metro
Oleh:
Hadi Setiyo, S.Pd.

Penyerahan hadiah dan pemberian
apresiasi pada acara puncak tanggal 27 September 2017 yang secara langsung diberikan
oleh Bapak H. Ahmad Pairin, S.Sos, selaku Wali Kota Metro, Bapak H. Djohan, S.E.,
M.M., selaku Wakil Wali Kota Metro, Kapolres Metro AKBP Ibu Umi Fadilah Astutik,
S.Sos., S.IK., M.Si., Ketua DPRD Kota Metro Ibu Anna Morinda, S.E., M.M. dan
perwakilan Dandim 0411 Lamteng, serta instansi lain yang turut hadir, kepada
para pelajar, peserta lomba dan pustakawan yang berprestasi serta turut
berperan aktif.
Di awal sudah dibicarakan mengenai
literasi. Kata literasi sudah tidak asing lagi kita dengar, sebenarnya apasih
literasi itu? Menurut National Institute
for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "Kemampuan individu
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dari
definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada
keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Banyaknya cara yang dilakukan agar
individu membudayakan literasi, salah satunya kegiatan yang dilakukan oleh
Dinas Perpustakaan
dan kearsipan Daerah (Dipusarda) dengan mengadakan agenda serta
perlombaan-perlombaan, yang bisa ditiru oleh instansi-istansi yang lain.
Ternyata antusias masyarakat begitu
besar, terlihat dari setiap kegiatan, misalkan Acara 100 meter lorong baca yang
banyak melibatkan sekolah dalam penyediaan stan buku perpustakanya, memiliki
tujuan agar dapat meningkatkan minat membaca masyarakat, yang merupakan bagian
dari litersi itu sendiri, banyak hal yang diperoleh dari manfaat membaca
diantaranya; mengembangkan kemahiran bertuturkata, mengembangkan pikiran dan
cara berfikir, menambah pengetahuan, melatih daya ingat dan pemahaman,
mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, mengembangkan kemampuan mengolah
informasi dan ilmu pengetahuan kemudian menerapkanya dalam kehidupan
sehari-hari, membantu menyegarkan pikiran dan mengisi waktu luang agar tidak
sia-sia, serta menguasai banyak kosakata, kalimat dan isi bacaan.
Berikutnya dari agenda pendukung menulis
cerpen online, yang juga penulis ikut berpartisipasi. Kegiatan litersi begitu
terasa, dengan menghubungkan ide-ide yang ada, kemudian merangkainya menjadi
satu kesatuan yang utuh, secara kronologis, membutuhkan imajinasi dan pemikiran
yang ekstra, terkhusus bagi pemula. Apresiasi terhadap hasil karya oranglain
pula menjadi dorongan memunculkan penulis-penulis baru di Kota Pendidikan Metro
serta talenta-talenta lain sesuai dengan bakatnya. Peserta didik yang berada
dalam lingkungan sekolah ikut ambil bagian dalam mensukseskan Kota Metro
menjadi kota pendidikan. Bila literasi telah tertanam dan menjadi budaya
masyarakat, maka Kota Metro menjadi kota rujukan bagi kota lain yang ada di Indonesia.
Senin, 11 September 2017
CARA PEMANFAATAN BOTOL BEKAS
CARA PEMANFAATAN BOTOL BEKAS
oleh: Tiara Nur Mulyawati

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuatnya, antara lain
: botol bekas berukuran 1,5 liter, cat, tanah, tanaman (bunga), kawat, dan
paku. Sedangkan alat-alat yang diperlukan, antara lain : gunting, cutter, tang,
kuas, dan alat pemanas.
Bagaimana cara membuat pot bunga
dengan menggunakan botol bekas agar terlihat menarik dan indah ?
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pertama,
siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil
botol bekas, potong kepala botol dengan menggunakan gunting.
3. Guntinglah
setiap ujung potongan kepala botol sampai setengah botol dengan bentuk persegi
panjang.
4. Setelah
itu, ambil tiap persegi panjang kemudian gulung-gulung sampai ujung potongan
botol. Lakukan untuk semua potongan berbentuk persegi panjang tadi sampai
membentuk seperti kelopak bunga.
5. Lubangilah
sisi botol pada satu bagian botol, kemudian ikatkan kawat pada sisi botol
dengan membentuk seperti kail agar bisa digantungkan pada tembok nantinya.
6. Setelah
semuanya selesai, ambil cat kemudian warnai bentuk pot tadi dengan warna yang
diinginkan dan bila perlu gambar dengan kreasi anda masing-masing agar pot
tampak menarik.
7. Jemur
pot yang sudah di cat tadi di bawah sinar matahari sampai kering.
8. Setelah
kering, panaskan paku lalu lubangi pot tadi pada bagian bawahnya sebagai tempat
keluarnya air saat bunga disiram.
9. Kemudian,
ambil tanah dan masukkan ke dalam pot lalu beri tanaman hias/bunga yang ingin ditanam.
10. Ambil
paku lalu pasangkan ke tembok dengan menggunakan palu dan atur susunan letak
pot sesuai dengan yang diinginkan.
11. Pasangakan
pot bunga yang sudah jadi tadi ke paku yang sudah dipasangakan.
12. Jadilah
pot cantik yang berwarna-warni yang mempercantik rumah anda.
Kamis, 07 September 2017
LITERASI PENULISAN ARTIKEL pada PELAJARAN BAHASA INDONESIA
ARTIKEL
LITERASI
PENULISAN ARTIKEL pada PELAJARAN BAHASA INDONESIA
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.
HUMAS MGMP BAHASA INDONESIA SMK KOTA
METRO

Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai
contoh dapat menunjang program pemerintah terutama dalam hal literasi. Menurut National
Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai
"Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif
yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi
Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan
tertentu.
Melalui
pembuatan artikel pada saat pembelajaran merupakan langkah yang tepat digunakan
guru Bahasa Indonesia, dari sini seorang guru mampu mengubah prilaku perserta
didik dari malas membaca menjadi gemar membaca. Mengapa demikian, pembuatan
artikel bukan barang yang mudah, tetapi membutuhkan kepiawaian dalam memilih
dan mengolah serta menghubungkan kata, buktinya sangat jarang sekali seorang
guru termotifasi membuat sebuah artikel kemudian diterbitkan pada sebuah media
cetak, media online dan surat kabar, yang ada hanya update status melalui media
sosial seperti FB, BBM, Twiter, WhatsAPP dll. Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
Indonesia hanya sekadar sandangan belaka. Padahal berbeda dengan artikel yang
memang penulisan harus berdasarkan fakta yang berasal dari referensi banyak sumber,
dari sinilah seseorang akan termotifasi dari 4 keterampilan berbahasa yakni
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang mengandung muatan literasi itu
sendiri.
Bayangkan
jika semua guru Bahasa Indonesia yang ada di tanah air ini dari semua jenjang
pendidikan berperan aktif mengisi rubrik yang bermanfaat pada semua jenis
saluran komunikasi, maka akan meminimalisir berita hoax (berita bohong) karena
setiap kontens sudah terisi oleh muatan yang bernilai positif. Berkarya artikel
wujud literasi yang mudah disalurkan terutama dalam membentuk karakter peserta
didik yang beraklah mulia, hal ini bisa kita lihat pengalaman penulis membuat
artikel kemudian diterbitkan oleh koran media masa Metro Indonesia yang salah
satunya edisi 637 hari Senin, 01 Juni 2017 Halaman 7 kolom 1-4 dengan judul Perlunya
Mengenalkan Sosok R.A Kartini pada Generasi Muda.
Partisipasi
media masa baik cetak maupun elektronik dalam memberi ruang serta menyalurkan
informasi sangat penting, bagai mana bisa terealisasi apa bila ada informasi
yang sangat bagus tetapi tidak
terbublikasi, lantaran masih ada media yang tidak memberi kesempatan dalam
pemuatan terutama dalam kalangan tertentu seperti tenaga pendidik, tetapi kenyataanya
tidak semua, dari sekian banyak media masih ada yang peduli, seperti halnya
media cetak Metro Indonesia ini, penulis mengucapkan apresiasi yang
sebesar-besarnya karena telah memberi kesempatan dalam menyalurkan aspirasinya
terutama dalam hal pendidikan, ini dapat menjadi panutan media yang lain.
Penerapan
literasi di sekolah berlangsung pada saat pembelajaran, artikel dengan judul di
atas yang telah dimuat melalui media di scan kemudian dibuat slide melalui
program power point kemudian ditampilkan melalui layar LCD di depan kelas.
Ternyata antusias peserta didik sangat signifikan selain pengajaran cara
pembuatan, sekaligus terpenting dapat
menjelaskan pula makna yang terkandung dalam artikel , dengan demikian
seorang pengajar menjadi lebih berwibawa
dan dipercaya dalam berkata sehingga memudahkan peserta didik dalam mengajari
karakter yang baik. Kelebihan yang lain kita bisa memprogram meteri mengenai
kebaikan apa yang akan kita sampaikan berikutnya. Disisi lain masih banyak guru
Bahasa Indonesia khususnya dalam pengambilan sampel pemodelan hanya
menyadur/mengambil karya orang lain yang menyebabkan siswa kurang yakin karena
pengajar sendiri belum mampu berkarya. Jika hal ini terus menerus terjadi maka
apakah peserta didik akan sesuia dengan harapan tujuan Pendidikan Nasional Pemerintah? Hanya diri kita yang bisa
menjawabnya sebagai pendidik. Mari Bapak Ibu guru pengajar di seluruh tanah air
tanpa menghilangkan rasa hormat, kita gali potensi apa yang kita miliki,
kemudian mengaplikasikanya dalam wujud karya yang nyata. Sehingga peserta didik
kita menjadi manusia yang berilmu beraklakul karimah yang berprestasi tidak
hanya sebatas angan-angan belaka.
Senin, 04 September 2017
Berbagi Informasi Mengenai Kurikulum 2013 Terbaru
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

Orangtua beserta sekolah harus bersinergi
sehingga tidak ada kesalah fahaman apabila peserta didik selama kurun waktu
masih menjadi pelajar pada suatu lembaga sekolah formal baik mengenai akademik
maupun nonakademik, hubungan sosial peserta didik dengan lingkungan, terhadap
guru, maupun terhadap teman sebaya. Konflik yang sering muncul, ketika peserta
didik melanggar, baik itu mengenai peraturan tatatertib sekolah, serta sikap
yang telah melanggar, terlebih sebelumnya telah berproses melalui beberapa prosedur
yang berlaku, tetapi pihak orangtua tetap tidak mau menerima atas sanksi yang
diberikan dari pihak sekolah. Guna meminimalisir kemungkinan yang akan terjadi,
penulis akan menguraikan sedikit mengenai penyegaran kurikulum 2013 terbaru,
yang berkaitan erat dengan kemajuan atau penyelesaian masalah terhadap peserta
didik.
Terlebih dahulu akan diuraikan mengenai
pengertian kurikulum itu sendiri, kurikulum menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum 2013 sekarang dikenal dengan istilah
K-2017 dengan nama kurikulum nasional, tetapi nama yang muncul tetap K-13,
adapun dasar hukum yang dipakai adalah PERMENDIKBUD no 20, 21, 22, 23 dan 24
tahun 2016. Revisi kurikulum 2013 mengacu pada keterampilan abad ke-21 dengan
menerapkan karakter, literasi, dan kompetensi. Karakter dalam kurikulum 2013
memiliki sebutan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yang menjadi dasar
indikator, meliputi religius, nasionalisme, mandiri, gotongroyong, serta
integritas yang dapat diterapkan di lingkungan
sekolah serta dalam pembelajaran di kelas.
Sedangkan literasi menurut National Institute for Literacy,
mendefinisikan sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis,
berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang
diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini
memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini
terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang
dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Penerapan literasi melalui gerakan literasi
sekolah, seperti memberi ruang baca pada pojok kelas, maupun mading, serta
gerakan literasi dalam setiap mata pelajaran.
Kompetensi merupakan seperangkat
kemampuan menyangkut sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki
oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran (kompetensi
dasar) yang sangat berpengaruh terhadap naik bahkan tinggal kelas pada jenjang pendidikan. Kurikulum K-13 yang
sekarang merupakan wujud dari penerapan salah satu NAWACITA yang digagas oleh Bapak Presiden Joko Widodo.
Sebagai penghujung, harapanya tidak ada lagi salah komunikasi antara orangtua
dan pihak sekolah gara-gara kurang memahami, karena problematika internal yang
berkaitan dengan peserta didik karena sudah jelas mengenai hukum sebab dan akibat
bila siswa melanggar.
Kamis, 31 Agustus 2017
Laksana Tunas Pisang Menghimpit Induknya
Laksana Tunas Pisang Menghimpit Induknya
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

Kewajiban
seorang anak terhadap kedua orang tua menjadikan penyejuk hati sehingga tampak
dengan adanya putra-putri yang berakhlak mulia memiliki kemandirian, terlebih
dapat bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa serta agama, dengan memiliki
kemandirian maka bila telah mencapai dewasa terlihat dengan mampu mencukupi
kebutuhan hidupnya. Menjadi pribadi yang dapat bertanggung jawab apabila
dikemudian hari telah berkeluarga.
Sangat
menyedihkan apa bila seorang anak telah berkeluarga tetapi masih bergantung
kepada orang tua. Mulai dari pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sampai
menyerahkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan lahir maupun batin. Memang sebagai
naluri orang tua yang memiliki sifat lemah-lembut serta asih tidak akan menolak
secara terus terang, namun kita sebagai orang muda harus peka akan perasaan
ini. Ingat usia orang tua kita makin hari semakin bertambah yang artinya
kondisi fisik sudah tidak sekuat dahulu. Padahal pada usia menginjak lanjut
usia sudah seharusnya menikmati masa tua dengan bersenang-senang karena kalau
dilihat jerih payah usaha sudah terlampau lama, yang seharusnya dapat menikmati
hasilnya. Belum lagi apabila keluarga kandung kita itu tidak banyak, bayangkan
jika memiliki 6 saudara dan semua memiliki sifat sama yakni tidak memiliki
kemandirian, menuntut hendak dibuatkan rumah, apalah jadinya makin memperpendek
usia orang tua, kerena banyak tekanan. Kejadian semacam ini tampak dari level
desa maupun kota. Mereka terlihat mapan tetapi proses yang ada hanya suplai
bahkan merongrong orang tua. Sebagai orang tua hendaknya jangan pernah
memanjakan anak telalu berlebih, perlu memperkenalkan bagaimana merasakan
susahnya mencari penghidupan pada saat ini dengan tujuan agar anak tidak sampai
memaksakan kehendak di luar batas kemampuan orang tua atas dasar gengsi dan
lain sebagainya.
Padahal ilmu yang telah kita dapatkan, baik di lingkungan sekolah
formal maupun non formal, melalui pengalaman yang ada itu sebagai jembatan
dalam menuju gerbang kesuksesan, dari ilmu itulah kita bisa bahagia baik di
dunia maupun setelah meninggal dunia, sesuai dengan sabda nabi yang artinya “Barangsiapa yang menginginkan
dunia maka hendaklah berilmu.Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka
hendaklah dengan ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah
dengan ilmu.”
Tidak
usah ambisi memiliki perkebunan yang lebar atau membuka hutan belantara
memperluas lahan, terkhusus yang masih jauh di pelosok desa, sebagai mana
penulis saksikan sendiri. Ini modern bukan zaman prasejarah yang harus
mengorbankan banyak pohon, dengan ilmu ini kita bisa bertahan hidup. Kemudian
pepatah lama mengenai mangan ra mangan kumpul (walaupun makan tidak makan yang penting
bersama keluarga) diganti sehingga menjadi kumpul ra kumpul mangan (bersama
maupun tidak bersama keluarga tetapi tetap makan) berlaku bagi keluarga kecil
tetapi tidak pada saat acara keluarga ya. Coba lihat kisah orang yang
sukses dengan mendulang trilyunan rupiah hingga menyandang orang terkaya di
dunia sepetri “Pendiri Microsoft Bill Gates masih menempati peringkat teratas
daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, karena ilmu yang
mereka miliki, bukan menunggu warisan orang tua. Apalah gunanya ditinggalkan
harta berlimpa tetapi tidak memiliki ilmu, maka lambat laun akan habis bahkan
mengakhiri dirinya dengan bunuh diri
karena terlilit hutang. Janganlah bangga dengan apa yang dimiliki dengan
berlinang materi tanpa tahu proses pencarian, tetapi lebih baik makan dengan
garam dengan hasil jerih payah sendiri.
Selasa, 29 Agustus 2017
Teks Prosedur Sangat Dibutuhkan Banyak Kalangan
Teks Prosedur Sangat Dibutuhkan Banyak Kalangan
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

Teks prosedur dapat dikatakan sebagai petunjuk
melakukan sesuatu, dalam layanan sosial sering menggunakan kata kunci, kiat,
tips, resep, cara jitu dan lain sebagainya. Kiranya dari setiap latar belakang
baik profesi, hobi sangat dianjurkan dalam mengolah, kemudian menuangkan suatu
ide menjadi tulisan yang bermakna melalui bentuk teks prosedur, misalkan
seorang petani palawija yang telah lama dan berhasil
membudidayakan tanaman kubis di sekitar area perumahan, sehingga menjadi
tambahan nilai ekonomi, selain untuk dikonsumsi keuarga dan tetangga dekat
dengan memperkenalkan teknik pertanian organik. Seorang guru Bahasa Indonesia menulis
materi tentang teks prosedur mengenai motivasi peserta didik, agar mampu
menulis paragraf secara mudah. Terlebih peserta didik berinovasi, mengenai tips
cara belajar agar mencapai secara maksimal, benar-benar mengetahui apa yang
telah diajarkan oleh para pendidik, sehingga karier kedepan dalam menggapai
cita-cita mudah ditempuh tentunya dengan jalan yang tidak melanggar tatanan.
Bila saat ini masih belum paham mengenai teks
prosedur, perhatikan cara mudah dalam membuatnya. Secara umum teks prosedur
terdiri atas sebuah pernyataan umum dan tahap-tahap sebagai prosedur melakukan
sesuatu kegiatan.Gambaran umum, dapat berupa pengertian, ciri khas, manfaat
serta tujuan yang tentunya berkaitan dengan judul tersebut. Sedangkan tahapan
merupakan langkah yang harus dilakukan dari awal sampai akhir suatu kegiatan,
termasuk bahan. Ketersampaian informasi sukses atau tidak berada pada proses
tahapan, pilih diksi atau gaya bahasa
yang mudah dipahami atau bahasa kominikatif, agar pembaca dapat dengan secara
mudah mengetahui maksud penulis. Perhatikan contoh sederhana teks prosedur ala
penulis pada saat pembelajaran berlangsung pada sekolah tingkat SMA/SMK di kota
Metro 26 Juli 2017 yang lalu.
Cara
Mudah Membuat Paragraf Deduktif
Paragraf
merupakan kumpulan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan, paragraf berdasarkan
pola pengembangannya terdiri dari paragraf
induktif dan deduktif, deduktif dimulai dari pernyataan umum(kalimat utama) kemudian diikuti pernyataan khusus(kalimat
penjelas) sedangkan induktif dimulai dari pernyataan khusus diikuti pernyataan umum. Berikut cara membuat paragraf deduktif dengan
mudah;
1.
Tentukan tema yang akan dibuat
2. Tentukan
kalimat utama (pernyataan umum)
3. Kalimat
utama berada didepan paragraf
4. Ikuti
dengan kalimat penjelas/pernyataan
khusus (pengertian, ciri, fakta-fakta, contoh dll) yang bertalian dengan
kalimat utama
5. Pilih
gaya bahasa yang menarik, serta konjungsi atau kata hubung yang sesuai
6.
Kembangkan sesuai dengan
keinginan
Demikian
cara mudah membuat paragraf deduktif, gampang bukan?
Era modern sangat berkaitan erat dengan keterampilan
menulis, maka sangat penting seseorang harus memiliki keterampilan tersebut dan
tidak jarang dapat menunjang kariernya. Selamat mencoba.
Senin, 28 Agustus 2017
Cerpen, Tidak ada Pilihan Lagi Selain dari Bedah Sesar
Cerpen
Tidak ada Pilihan Lagi Selain dari Bedah Sesar
0leh: Hadi Setiyo, S.pd.

Pada
gendongan ayah ku, “Aku mulai
membayangkan begitu hebatnya penjuangan orang tua Ku hingga aku menginjak ke 2
tahun ini”. “Oh ya...teman, nama lengkap Ku Rania Pramesthi Arisanti, kata ayah
nama Ku punya arti lho..artinya adalah bangsawan yang berdiri paling depan yang
memiliki hati lemah lembut, bagus ya sob...” nama Ibu Ku Arisma prihatining Tyas,
orangnya cantik secantik hatinya”. Aku dulu katamya dilahirkan cesar. Pada saat
itu hari bahagia bertepatan dengan ayah Ku diterima bekerja ditempat sekarang
mengajar. Menjelang perlaninan ndah Ku, ayah mengikuti tes mengajar di sekolah,
SMK MUHAMMADIYAH 3 Metro namanya. Pada saat esok hari menjelang tes ayah sholat
malam dan berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar esok lancar. Tahap demi
tahap dilewati, saingan terberatnya dari universitas negeri yaitu Unila, tapi
berkat pertolongan allah, semua dilancarkan dan alhamdulilah diterima menjadi
tenaga pengajar.
Pada
saat ndah Ku memasuki bulan persalinan, rutin konsiltasi kemedis, buktinya foto
hitam putih USG ada banyak. Pernah aku difonis jenis kelami Ku cowok, untungnya
tidak semua perlengkapan banyinya mengarah ke laki-laki yang dibeli. Ndah udah
mulai mules, ternyata ketika Aku di dalam perut, pada saat itu Ndah langsung
menelfon ayah, karena masih di kantor sekitar jam 11.00, hp ayah mulai
berdering di saku celana, secara reflek ayah melihat dan mengangkat, “Halo....ngapa
Ndah....” “aku udah sakit ni Yah... rasanya,” ujar ndah. “Oh iya bentar ini mau
pulang”, seketika itu di tutup telfon, Ayah tanpa basa-basi langsung pulang,
setibanya di rumah, ayah membawa ndah ke bidan, memang dari dulu sudah
ditentukan hendak melahirkan di rumah bidan saja. “Asalamualaikum....asalamualaikum....”
ayah mengucap salam, tampak lirih dari dalam terdengar sambil membuka pintu “walaikumsalam”, “Oh Ibu
mari masuk”, ayah dan ndah dipersilahkan masuk dan ditanya soal keluhanya. Lama
15 menitan kurang lebih, keputusanya belum waktunya melahirkan dan
dipersilahkan pulang kembali, pada saat itu hari Rabu, kalau tidak salah
tanggal 26 Agustus 2015. Apabila sudah terasa mulas yang sesungguhnya disuruh
secepatnya kerumah bidan kembali.
Setibanya
di rumah, Ayah bingung bukan kepalang, melihat ndah yang tidak bisa Aku membayangkan
apa rasanya, meski Aku sebetulnya yang ada di perut itu dan yang menyebabkan
ndah sakit heee...” Ayah sakit banget perut ku”, rintahan ndah, air mata mulai
menetes sambil memegang perut yang besar. “Sabar ndah proses persalinan ya
memang seperti itu”, ayah menghibur. Hingga bertahan sampai hari Kamis,
bayangkan menahan rasa sakit kurang lebih 9 jam. “Ayo antarkan Aku kebidan
lagi”....”Aku udah gak kuat”, tanpa sepatah kata dan tidak mau ambil resiko,
ayah mengantar Ndah, kali kedua, jam 04.30 dini hari, masuk hari Kamis 27
Agustus 2015. Pada saat itu belum azan subuh, tetapi sama, jawaban yang di
lontarkan bu bidan, “Ini masih kontraksi palsu, adek kecil belum mau keluar”
kata Bu Bidan dan disuruh menunggu kembali. Cemas bercampur khawatir ayah dan
ndah pulang ke rumah.
Bude
Reni, bude Ku yang sedari beberapa waktu lalu rutin menelfon ndah menayakan
kabar, kemudian ditelfon ayah meminta pendapat jalan keluarnya, entah apa yang
dibicarakan, tiba-tiba beberapa saat kemudian datang dengan membawa mobil. “Ris
ayo kita periksa ke bidan Ku aja”, ujar Bude Reni. “Ini bidan udah andal mulai
dari anak pertama dan kedua Ku, ya disana”. “Oke mbk” kata ayah dan ndah.
Ternyata menuju ke rumah bidan kembali, arah tempuran 12 B (nama tempat) tidak
jauh dari tugu perbatasan Kota Metro dan Lampung Tengah, sebelah kanan jalan
jalur dua. Beliau merekomendasikan untuk USG yang menampilkan gambar 4 dimensi
agar tampak jelas, arahan bu bidan kami turuti.
Kini
mobil melaju kembali guna menuju tempat yang dimaksud sebuah klinik bersalin
yang ada di 21(nama tempat), kurang lebih 15 menit perjalanan, setelah sampai
tujuan, ndah diperiksa oleh dokter kandungan, kemudian menjalani USG, hasil
pemeriksaan menunjukan bahwa air ketuban telah habis, salah satu jalan agar
bayi dan ibu selamat melalui operasi cesar dengan segera. Mendengar ucapan bu
dokter yang demikian itu, membuat hati Ayah, Bude, Pakde, Eyangti semakin cemas
dan takut. Berbagai pertimbangan, akhirnya dengan rujukan manajer Rumah Sakit
umum Ahmad Yani Kota Metro, agar di bawa ke rumah sakit tersebut saja, barang
kali masih bisa dengan jalan normal.
Hari
Jumat setelah magrib, ndah masuk UGD dan di bawa ke ruang persalinan, menunggu
dan menunggu hingga Sabtu pagi. Setelah diperiksa kesekian kali, akhirnya oleh
dokter tetap memutuskan, aku dilahirkan melalui operasi cesar. Seumur hidup,
ayah belum pernah mengantarkan orang menjalani operasi cesar, bayangkan
sekarang malah istri yang mau menjalaninya, muka pucat, badan lemas, hati
takut, menyertainya antara hidup dan
mati. Beberapa saat kemudian ayah dipanggil oleh bu dokter, “Pak tak ada jalan
lain lagi untuk menyelamatkan bayi dan ibu selain cesar, inipun resikonya
besar, bisa saja tidak berjalan dengan lancar, ibu perlu dicek tekanan darahnya
juga, akibat cesar menjadi cacat permanen terutama bekas operasinya, insya
allah waktunya tidak lama, namun nantinya perawatanya yang lama Pak, bagaimana
menuruk bapak?” Ayah terdiam sebentar kemudian mengangguk tanda setuju.
“Perbanyak Doa Pak, agar operasi persalinan nati berjalan dengan lancar, ujar
bu dokter”. Guna mengeluarkan Aku, ndah rela nyawa sebagai taruhanya.
Beberapa
saat kemudian, ndah dibawa ke ruang operasi yang tidak jauh dari ruang bersalin,
dengan bantuan suster serta tidak henti-hentinya menghibur ndah Ku, Ayah dan
Yangti mengantar hanya pada ruang tunggu saja, memang ruang operasi itu
tempatnya berlapis-lapis. Pada kesendirian dan ditemani oleh tim yang berbaju
hijau, ndah mulai masuk ke dalam ruang operasi. Tidak sembarang orang dapat
masuk ke sana, kondisinya steril bersih. Pada jam 11.30, tepat tanggal 29
Agustus 2015...oek...oek...oek..keras sekali suara tangisan Ku hingga ayah
mendengar tangisan Ku bersama eyangti yang setia menunggu di ruang tunggu
operasi. Aku di gendong oleh orang yang memakai baju hijau dan didekatkan oleh
ayahku. Nampak semeringah wajah ayah Ku, melihat diri ku dapat menyaksikan
indahnya dunia ini atau jangan-jangan ayah semeringah karena telah menjadi
seorang ayah,hee..., padahal Aku udah dari kemarin ingin melihat...heeee. Telinga
Ku dikumandangkan azan oleh ayah. Pada saat operasi berlangsung, Ndah diajak
komunikasi oleh tim yang sengaja untuk menghibur, serta pada bagian perut
ditutup kain warna hijau. “Aku sadar walau perut Ku dibeset karena memang tidak
bius total” ujar ndah. Persalinan ndah ku dalam melahirkan Aku, alhamduilah
berkat pertolongan allah selamat, hingga kini sekarang aku 2 tahun, semua
sayang sama Aku, tak kecuali Mamak (mbh Parti) yang seperti ibu kandung Ku dalam
kasih sayang merawat Ku, tante Luluk, aunti Sela, Eyangkung, Eyangti, mbk Anik,
tante Lita, om Dedi, om Sisit, bude Reni, pakde Anis, mbh Liwa, mbk Aya, mbk Reta,
pade sugiarto, bude Sri, tante Elsa, mbh Pakde, semua perhatian dicurahkan,
buat Aku. Oh ya, Aku udah bisa ngomong, mam (makan), moh (tidak mau) abuk (panggilan
untuk sebutan eyangti) udah bisa gaya berfoto, udah terbiasa salim, lambaikan
tangan. Meski kadang rewel kalau mau bobok dan bangun pagi. Begitu sayangnya ke
Aku meski besok (29 Agustus 2017) hari lahir Ku, genap ke 2 tahun, ndah masih
memberiku asi ekskulsif lho..haaaaa... jadi malu. Apalagi kalau akung ngeluarin
mobil, Aku hadang, minta muter-muter dulu sebelum kerja, begitu juga ama
eyangti, sama motor spesi kesayanganya, kalau gak mau muterin aku nangis
kejer,haaa.... “cerpen ini dibuat pertama kali oleh Ayah pas hari lahir Ku”
kata ayah sih gitu, keren ya....seneng deh punya ayah kayak gini....adapun Pesen
ayah “Jadilah anak yang berbakti, sholeha, faham agama, bentar lagi mau masuk
sekolah PAUD”. “Sukses ya nak”.... kata Ayah. Eh....tidak terasa udah sampai
masjid dan iqomat udah dikumandangkan, udah dulu ya teman....kami mau sholat
berjamaah dulu, semoga amal ibadahnya diterima oleh allah SWT, amiiiin.
Sabtu, 26 Agustus 2017
SEKOLAH FORMAL HARUS MENGHASILKAN OUTPUT yang BERKUALITAS
SEKOLAH FORMAL HARUS MENGHASILKAN OUTPUT yang
BERKUALITAS
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.
Sekolah formal merupakan instansi pendidikan
pembentuk karakter yang sangat berperan penting dalam kelangsungan suatu
negara, selain keluarga, lingkungan, media serta suritauladan seorang pemimpin.
Jenjangnya beragam, mulai dari pendidikan Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar sederajat, Sekolah Menengah Pertama sederajat, Sekolah Menengah Atas sederajat,
sampai Perguruan Tinggi.
Kemajuan zaman yang terus berkembang
diimbangi dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, maka berlomba-lomba pula
dalam hal pendirian lembaga pendidikan yang yang bernaung di Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan mupun Kementrian Agama. Cakupanya juga dipilah-pilah kembali, pada Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan terdapat sekolah negeri dan swasta, begitu juga pada Kementrian
Agama. Menjamurnya sekolah formal yang ada, terkadang sampai ada sekolah bahkan
notabenya sekolah negeri yang tidak mendapatkan murid. Berbagai taktik serta
trik dilakukan agar orangtua/wali murid khususnya, simpatik dan menyekolahkan
putra-putrinya pada sekolah tersebut. Jangan sampai dengan semakin ketatnya
persaingan menjadi output hasil yang diharapkan semakin buruk karena dilakukan
dengan cara yang menyalahi bahkan melanggar norma yang berlaku.
Pada dasarnya ada beberapa faktor yang
bisa sebagai indikator guna terwujudnya output yang berkualitas. Sekolah formal
baik negeri maupun swasta dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari
Kementrian Agama, terdiri dari tiga tahapan yang menyertai ruang lingkup
tersebut yaitu, Input, Proses, dan output. Input merupakan masukan, terdiri dari Man (murid,
guru, manajemen), Material (sarana-prasarana) serta Metode (SOP) Standard
Operating Procedure). Tahap Man harus ada serta kritis dalam memahami, bila
salah satu diabaikan maka akan sulit pada tapan selanjutnya. Tahapan proses
menyangkut sebuah cara/langkah jitu yang harus dilakukan, perlu pembahasan yang
mendalam agar menghasilkan output yang berkualitas pula.
Penyeleksian murid pada tahap PPDB
(Penerimaan Peserta Didik Baru) harus benar-benar slektif, mulai dari prestasi
yang diraih, sikap yang diperoleh dari informasi sekolah asal. Berikutnya
tentang tenaga pendidik, peserta didik telah terpenuhi, maka tidak kalah
penting juga guru sebagai pengajar yang natinya akan menjalankan proses
pembelajaran, peningkatan profesionalisme dapat melalui dengan memperbanyak
membaca, dari buku, internet, mengikuti pelatihan-pelatihan, work shop,
mengikuti perlombaan-perlombaan. Secara garis besar sebagai profesi harus
memiliki kompetensi yang mencakup profesional, kepribadian, pedagogik serta
jiwa sosial. Sarana-prasarana sekolah sebagai pendukung proses pembelajaran
secara tidak sadar akan berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan, sekolah
yang memiliki sarana-prasarana lengkap jelas berbeda dengan sekolah yang alakadarnya
saja, ruang kelas, wc, labolatorium, lapangan olahraga sebagai contoh kecil
saja. Guru dalam melangsungkan pembelajaran harus menguasai metode pembelajaran
yang bervariasi, menyenangkan sehingga trasfer ilmu secara mudah dapat diserap.
Tahapan berikutnya proses, proses
merupakan cara/langkah pelaksanaan dalam mengolah menjalankan tahap Input,
siswa sebagai perserta didik, guru sebagai tenaga pendidik berkolaborasi
menjalankan kurikulum yang berlaku. Saat ini memang negara kita gemar
bergonta-ganti kurikulum. Tenaga pendidik mengetahui apa yang seharusnya
diinginkan oleh pemerintah melalui kurikulum 2013. Setelah memahami, baru mengeplikasikanya dalam
proses pembelajaran pada saat berinteraksi dengan peserta didik, tidak hanya
itu, manajemen, material, juga sangat bergantung dengan proses, agar
menghasilkan out put berupa manusia yang berkarakter, cerdas, mandiri dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang patuh dan taat kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu UUD 1945 serta Pancasila yang Berbhineka
Tunggal Ika dalam satu wadah negara Kesatuan Republik Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)
dr. Djoko Judodjoko, SpB Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari dunia kesehatan Tanah Air di tengah upaya melawan virus coro...
-
Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd. Pekerjaan menjadi faktor dan modal utama dalam menjalani kehidupan di lingkungan sosial suatu individu. Suat...
-
Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd. METRO, MI Keluarga merupakan tatanan institusi dan secara masif bagian dari masyarakat Indonesia. Nega...
-
Peringatan HUT PGRI Ke-72 dan Korpri Ke-46 Kota Metro, di selenggarakan di lapangan 16 c, di hadiri oleh semua unsur, mau tahu, buka saja ...