Cerpen
Tidak ada Pilihan Lagi Selain dari Bedah Sesar
0leh: Hadi Setiyo, S.pd.

Pada
gendongan ayah ku, “Aku mulai
membayangkan begitu hebatnya penjuangan orang tua Ku hingga aku menginjak ke 2
tahun ini”. “Oh ya...teman, nama lengkap Ku Rania Pramesthi Arisanti, kata ayah
nama Ku punya arti lho..artinya adalah bangsawan yang berdiri paling depan yang
memiliki hati lemah lembut, bagus ya sob...” nama Ibu Ku Arisma prihatining Tyas,
orangnya cantik secantik hatinya”. Aku dulu katamya dilahirkan cesar. Pada saat
itu hari bahagia bertepatan dengan ayah Ku diterima bekerja ditempat sekarang
mengajar. Menjelang perlaninan ndah Ku, ayah mengikuti tes mengajar di sekolah,
SMK MUHAMMADIYAH 3 Metro namanya. Pada saat esok hari menjelang tes ayah sholat
malam dan berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar esok lancar. Tahap demi
tahap dilewati, saingan terberatnya dari universitas negeri yaitu Unila, tapi
berkat pertolongan allah, semua dilancarkan dan alhamdulilah diterima menjadi
tenaga pengajar.
Pada
saat ndah Ku memasuki bulan persalinan, rutin konsiltasi kemedis, buktinya foto
hitam putih USG ada banyak. Pernah aku difonis jenis kelami Ku cowok, untungnya
tidak semua perlengkapan banyinya mengarah ke laki-laki yang dibeli. Ndah udah
mulai mules, ternyata ketika Aku di dalam perut, pada saat itu Ndah langsung
menelfon ayah, karena masih di kantor sekitar jam 11.00, hp ayah mulai
berdering di saku celana, secara reflek ayah melihat dan mengangkat, “Halo....ngapa
Ndah....” “aku udah sakit ni Yah... rasanya,” ujar ndah. “Oh iya bentar ini mau
pulang”, seketika itu di tutup telfon, Ayah tanpa basa-basi langsung pulang,
setibanya di rumah, ayah membawa ndah ke bidan, memang dari dulu sudah
ditentukan hendak melahirkan di rumah bidan saja. “Asalamualaikum....asalamualaikum....”
ayah mengucap salam, tampak lirih dari dalam terdengar sambil membuka pintu “walaikumsalam”, “Oh Ibu
mari masuk”, ayah dan ndah dipersilahkan masuk dan ditanya soal keluhanya. Lama
15 menitan kurang lebih, keputusanya belum waktunya melahirkan dan
dipersilahkan pulang kembali, pada saat itu hari Rabu, kalau tidak salah
tanggal 26 Agustus 2015. Apabila sudah terasa mulas yang sesungguhnya disuruh
secepatnya kerumah bidan kembali.
Setibanya
di rumah, Ayah bingung bukan kepalang, melihat ndah yang tidak bisa Aku membayangkan
apa rasanya, meski Aku sebetulnya yang ada di perut itu dan yang menyebabkan
ndah sakit heee...” Ayah sakit banget perut ku”, rintahan ndah, air mata mulai
menetes sambil memegang perut yang besar. “Sabar ndah proses persalinan ya
memang seperti itu”, ayah menghibur. Hingga bertahan sampai hari Kamis,
bayangkan menahan rasa sakit kurang lebih 9 jam. “Ayo antarkan Aku kebidan
lagi”....”Aku udah gak kuat”, tanpa sepatah kata dan tidak mau ambil resiko,
ayah mengantar Ndah, kali kedua, jam 04.30 dini hari, masuk hari Kamis 27
Agustus 2015. Pada saat itu belum azan subuh, tetapi sama, jawaban yang di
lontarkan bu bidan, “Ini masih kontraksi palsu, adek kecil belum mau keluar”
kata Bu Bidan dan disuruh menunggu kembali. Cemas bercampur khawatir ayah dan
ndah pulang ke rumah.
Bude
Reni, bude Ku yang sedari beberapa waktu lalu rutin menelfon ndah menayakan
kabar, kemudian ditelfon ayah meminta pendapat jalan keluarnya, entah apa yang
dibicarakan, tiba-tiba beberapa saat kemudian datang dengan membawa mobil. “Ris
ayo kita periksa ke bidan Ku aja”, ujar Bude Reni. “Ini bidan udah andal mulai
dari anak pertama dan kedua Ku, ya disana”. “Oke mbk” kata ayah dan ndah.
Ternyata menuju ke rumah bidan kembali, arah tempuran 12 B (nama tempat) tidak
jauh dari tugu perbatasan Kota Metro dan Lampung Tengah, sebelah kanan jalan
jalur dua. Beliau merekomendasikan untuk USG yang menampilkan gambar 4 dimensi
agar tampak jelas, arahan bu bidan kami turuti.
Kini
mobil melaju kembali guna menuju tempat yang dimaksud sebuah klinik bersalin
yang ada di 21(nama tempat), kurang lebih 15 menit perjalanan, setelah sampai
tujuan, ndah diperiksa oleh dokter kandungan, kemudian menjalani USG, hasil
pemeriksaan menunjukan bahwa air ketuban telah habis, salah satu jalan agar
bayi dan ibu selamat melalui operasi cesar dengan segera. Mendengar ucapan bu
dokter yang demikian itu, membuat hati Ayah, Bude, Pakde, Eyangti semakin cemas
dan takut. Berbagai pertimbangan, akhirnya dengan rujukan manajer Rumah Sakit
umum Ahmad Yani Kota Metro, agar di bawa ke rumah sakit tersebut saja, barang
kali masih bisa dengan jalan normal.
Hari
Jumat setelah magrib, ndah masuk UGD dan di bawa ke ruang persalinan, menunggu
dan menunggu hingga Sabtu pagi. Setelah diperiksa kesekian kali, akhirnya oleh
dokter tetap memutuskan, aku dilahirkan melalui operasi cesar. Seumur hidup,
ayah belum pernah mengantarkan orang menjalani operasi cesar, bayangkan
sekarang malah istri yang mau menjalaninya, muka pucat, badan lemas, hati
takut, menyertainya antara hidup dan
mati. Beberapa saat kemudian ayah dipanggil oleh bu dokter, “Pak tak ada jalan
lain lagi untuk menyelamatkan bayi dan ibu selain cesar, inipun resikonya
besar, bisa saja tidak berjalan dengan lancar, ibu perlu dicek tekanan darahnya
juga, akibat cesar menjadi cacat permanen terutama bekas operasinya, insya
allah waktunya tidak lama, namun nantinya perawatanya yang lama Pak, bagaimana
menuruk bapak?” Ayah terdiam sebentar kemudian mengangguk tanda setuju.
“Perbanyak Doa Pak, agar operasi persalinan nati berjalan dengan lancar, ujar
bu dokter”. Guna mengeluarkan Aku, ndah rela nyawa sebagai taruhanya.
Beberapa
saat kemudian, ndah dibawa ke ruang operasi yang tidak jauh dari ruang bersalin,
dengan bantuan suster serta tidak henti-hentinya menghibur ndah Ku, Ayah dan
Yangti mengantar hanya pada ruang tunggu saja, memang ruang operasi itu
tempatnya berlapis-lapis. Pada kesendirian dan ditemani oleh tim yang berbaju
hijau, ndah mulai masuk ke dalam ruang operasi. Tidak sembarang orang dapat
masuk ke sana, kondisinya steril bersih. Pada jam 11.30, tepat tanggal 29
Agustus 2015...oek...oek...oek..keras sekali suara tangisan Ku hingga ayah
mendengar tangisan Ku bersama eyangti yang setia menunggu di ruang tunggu
operasi. Aku di gendong oleh orang yang memakai baju hijau dan didekatkan oleh
ayahku. Nampak semeringah wajah ayah Ku, melihat diri ku dapat menyaksikan
indahnya dunia ini atau jangan-jangan ayah semeringah karena telah menjadi
seorang ayah,hee..., padahal Aku udah dari kemarin ingin melihat...heeee. Telinga
Ku dikumandangkan azan oleh ayah. Pada saat operasi berlangsung, Ndah diajak
komunikasi oleh tim yang sengaja untuk menghibur, serta pada bagian perut
ditutup kain warna hijau. “Aku sadar walau perut Ku dibeset karena memang tidak
bius total” ujar ndah. Persalinan ndah ku dalam melahirkan Aku, alhamduilah
berkat pertolongan allah selamat, hingga kini sekarang aku 2 tahun, semua
sayang sama Aku, tak kecuali Mamak (mbh Parti) yang seperti ibu kandung Ku dalam
kasih sayang merawat Ku, tante Luluk, aunti Sela, Eyangkung, Eyangti, mbk Anik,
tante Lita, om Dedi, om Sisit, bude Reni, pakde Anis, mbh Liwa, mbk Aya, mbk Reta,
pade sugiarto, bude Sri, tante Elsa, mbh Pakde, semua perhatian dicurahkan,
buat Aku. Oh ya, Aku udah bisa ngomong, mam (makan), moh (tidak mau) abuk (panggilan
untuk sebutan eyangti) udah bisa gaya berfoto, udah terbiasa salim, lambaikan
tangan. Meski kadang rewel kalau mau bobok dan bangun pagi. Begitu sayangnya ke
Aku meski besok (29 Agustus 2017) hari lahir Ku, genap ke 2 tahun, ndah masih
memberiku asi ekskulsif lho..haaaaa... jadi malu. Apalagi kalau akung ngeluarin
mobil, Aku hadang, minta muter-muter dulu sebelum kerja, begitu juga ama
eyangti, sama motor spesi kesayanganya, kalau gak mau muterin aku nangis
kejer,haaa.... “cerpen ini dibuat pertama kali oleh Ayah pas hari lahir Ku”
kata ayah sih gitu, keren ya....seneng deh punya ayah kayak gini....adapun Pesen
ayah “Jadilah anak yang berbakti, sholeha, faham agama, bentar lagi mau masuk
sekolah PAUD”. “Sukses ya nak”.... kata Ayah. Eh....tidak terasa udah sampai
masjid dan iqomat udah dikumandangkan, udah dulu ya teman....kami mau sholat
berjamaah dulu, semoga amal ibadahnya diterima oleh allah SWT, amiiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar