ARTIKEL
LITERASI
PENULISAN ARTIKEL pada PELAJARAN BAHASA INDONESIA
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.
HUMAS MGMP BAHASA INDONESIA SMK KOTA
METRO

Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai
contoh dapat menunjang program pemerintah terutama dalam hal literasi. Menurut National
Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai
"Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan,
keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif
yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi
Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan
tertentu.
Melalui
pembuatan artikel pada saat pembelajaran merupakan langkah yang tepat digunakan
guru Bahasa Indonesia, dari sini seorang guru mampu mengubah prilaku perserta
didik dari malas membaca menjadi gemar membaca. Mengapa demikian, pembuatan
artikel bukan barang yang mudah, tetapi membutuhkan kepiawaian dalam memilih
dan mengolah serta menghubungkan kata, buktinya sangat jarang sekali seorang
guru termotifasi membuat sebuah artikel kemudian diterbitkan pada sebuah media
cetak, media online dan surat kabar, yang ada hanya update status melalui media
sosial seperti FB, BBM, Twiter, WhatsAPP dll. Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa
Indonesia hanya sekadar sandangan belaka. Padahal berbeda dengan artikel yang
memang penulisan harus berdasarkan fakta yang berasal dari referensi banyak sumber,
dari sinilah seseorang akan termotifasi dari 4 keterampilan berbahasa yakni
mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang mengandung muatan literasi itu
sendiri.
Bayangkan
jika semua guru Bahasa Indonesia yang ada di tanah air ini dari semua jenjang
pendidikan berperan aktif mengisi rubrik yang bermanfaat pada semua jenis
saluran komunikasi, maka akan meminimalisir berita hoax (berita bohong) karena
setiap kontens sudah terisi oleh muatan yang bernilai positif. Berkarya artikel
wujud literasi yang mudah disalurkan terutama dalam membentuk karakter peserta
didik yang beraklah mulia, hal ini bisa kita lihat pengalaman penulis membuat
artikel kemudian diterbitkan oleh koran media masa Metro Indonesia yang salah
satunya edisi 637 hari Senin, 01 Juni 2017 Halaman 7 kolom 1-4 dengan judul Perlunya
Mengenalkan Sosok R.A Kartini pada Generasi Muda.
Partisipasi
media masa baik cetak maupun elektronik dalam memberi ruang serta menyalurkan
informasi sangat penting, bagai mana bisa terealisasi apa bila ada informasi
yang sangat bagus tetapi tidak
terbublikasi, lantaran masih ada media yang tidak memberi kesempatan dalam
pemuatan terutama dalam kalangan tertentu seperti tenaga pendidik, tetapi kenyataanya
tidak semua, dari sekian banyak media masih ada yang peduli, seperti halnya
media cetak Metro Indonesia ini, penulis mengucapkan apresiasi yang
sebesar-besarnya karena telah memberi kesempatan dalam menyalurkan aspirasinya
terutama dalam hal pendidikan, ini dapat menjadi panutan media yang lain.
Penerapan
literasi di sekolah berlangsung pada saat pembelajaran, artikel dengan judul di
atas yang telah dimuat melalui media di scan kemudian dibuat slide melalui
program power point kemudian ditampilkan melalui layar LCD di depan kelas.
Ternyata antusias peserta didik sangat signifikan selain pengajaran cara
pembuatan, sekaligus terpenting dapat
menjelaskan pula makna yang terkandung dalam artikel , dengan demikian
seorang pengajar menjadi lebih berwibawa
dan dipercaya dalam berkata sehingga memudahkan peserta didik dalam mengajari
karakter yang baik. Kelebihan yang lain kita bisa memprogram meteri mengenai
kebaikan apa yang akan kita sampaikan berikutnya. Disisi lain masih banyak guru
Bahasa Indonesia khususnya dalam pengambilan sampel pemodelan hanya
menyadur/mengambil karya orang lain yang menyebabkan siswa kurang yakin karena
pengajar sendiri belum mampu berkarya. Jika hal ini terus menerus terjadi maka
apakah peserta didik akan sesuia dengan harapan tujuan Pendidikan Nasional Pemerintah? Hanya diri kita yang bisa
menjawabnya sebagai pendidik. Mari Bapak Ibu guru pengajar di seluruh tanah air
tanpa menghilangkan rasa hormat, kita gali potensi apa yang kita miliki,
kemudian mengaplikasikanya dalam wujud karya yang nyata. Sehingga peserta didik
kita menjadi manusia yang berilmu beraklakul karimah yang berprestasi tidak
hanya sebatas angan-angan belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar