Senin, 16 Oktober 2017

Post Power Syndrome, tak Mampu Menerima Keyataan Hidup saat Menjelang dan Masa Pensiun


Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.

Pekerjaan menjadi faktor dan modal utama dalam menjalani kehidupan di lingkungan sosial suatu individu. Suatu kondisi individu tidak lagi bekerja pada pekerjaan yang biasa dilakukan, baik di lingkungan pemerintahan, instansi negeri/swasta, BUMN, maupun pengusaha, pengertian inilah yang disebut dengan pensiun.
Masa pensiun mempengaruhi keadaan psikologi pada mental seseorang. Masa transisi ini yang sering dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan, menimbulkan kegundahan bagi mereka, hingga dapat mengalami stres berat, serta lebih dari itu, namun disisi lain, tidak berpengaruh terhadap keadaan dari seseorang tersebut. Masa pensiun menjadi momok sebagian besar kalangan atau bahkan secara tidak sadar mengalami post power syndrome. Post power syndrome merupakan suatu gejala yang terjadi di mana seseorang tenggelam dan hidup di dalam bayang-bayang kehebatan, keberhasilan masa lalunya sehingga cenderung sulit menerima keadaan yang terjadi sekarang.
Seseorang yang mengalami post power syndrome, terutama yang memiliki posisi pada jabatan penting, biasanya menganggap bahwa jabatan/pekerjaan merupakan hal yang sangat membanggakan, bahkan cenderung menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya sehingga ketika dijabat oleh orang lain merasa tidak rela. Hal ini senada dengan pendapat Turner & Helms  dalam bukunya yang menjelaskan penyebab post power syndrome, yaitu ketika seseorang mengalami kehilangan pekerjaan (masa pensiun) yang merasa dirinya menjadi kehilangan harga diri, jabatan, kebanggaan diri, serta hilangnya sumber penghasilan. Tidak hanya itu, sebab lainya dapat terjadi karena faktor, perubahan aktivitas dari aktif menjadi pasif, perubahan fasilitas, perubahan lingkungan sosial, masa depan/jumlah tanggungan anak dll.
Beberapa gejala Post Power Syndrome dapat terlihat antara lain, menjadi lebih cepat terlihat tua tampaknya, jika dibandingkan ketika masih bekerja, rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah. Cepat mudah tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, contoh lain menjadi suka ikut campur dan mengatur secara berlebihan hal-hal di sekitarnya yang bahkan bukan menjadi tanggung jawab ataupun urusannya dan tidak diminta. Malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain, ataupun frustasi. Di sisi lain gejala post power syndrome ini tentunya berbeda pada setiap individu yang mengalaminya.
Masa pensiun bukan hal yang harus ditakuti, dan dihindari, milikilah anggapan dalam hati nurani, bahwasanya di dunia ini tidak ada yang abadi, semua yang bekerja akan memasuki masa-masa tersebut, jadi tidak hanya sendiri. Seperti halnya Bapak Batu Bara yang telah pensiun 12 tahun yang lalu dan telah berkarya selama 34 tahun, Beliau menuturkan “Masa pensiun harus disyukuri”. “Melalui kesyukuran membuat seseorang bahagia, bahkan menginingkan cepat pensiun, karena telah bosan, dan jenuh, padahal setelah pensiun mau kegiatan apa belum ditentukan”. Ujar beliau. Keluarga sebagai orang yang terdekat, harus memberikan motifasi serta dorongan terhadap seseorang yang akan memasuki masa pensiun dan telah pensiun nantinya, bisa juga dengan menyalurkan hobi-hobi, misalnya melalui beternak, berladang, menyibukan diri dengan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Perlu di ingat yang terpenting, membangun relasi yang baik dengan rekan kerja serta masyarakat sekitar dengan sikap yang mulia, tidak anggkuh/sombong  pada saat masih aktif menjabat, sehingga ketika memasuki masa pensiun dan telah pensiun tidak merasa takut, tertekan, akan adanya anggapan tidak diterima/dikuculkan setelah kembali ditengah-tengah masyakata. Jabatan/kedudukan bersifat sementara, tidak menjadi berarti ketika telah tidak menjabat/pensiun dan akan kembali menjadi masyarakat biasa.



Tidak ada komentar:

dr. Djoko Judodjoko, SpB Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari dunia kesehatan Tanah Air di tengah upaya melawan virus coro...