Rabu, 29 November 2017

PERINGATAN HUT PGRI Ke-72 dan KORPRI Ke-46 KOTA METRO



Peringatan HUT PGRI Ke-72 dan Korpri Ke-46 Kota Metro, di selenggarakan di lapangan 16 c, di hadiri oleh semua unsur, mau tahu, buka saja langsung videonya.



Sabtu, 04 November 2017

Sumber Daya Manusia Berkompeten Membutuhkan Pendidikan Karakter


Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.

Gerakan Penguatan Pendidikan karakter (PPK) menjadi hal yang krusial bagi Bangsa Indonesia, di samping sumber daya manusia yang berkompetensi, sebab saat ini nampak berbagai persoalan yang dapat mengancam keutuhan dan masa depan bangsa Indonesia. Sebagai contoh maraknya tindakan intoleransi, munculnya gerakan-gerakan separatis, sehingga dapat memecah belah kebhinekaan dan keutuhan NKRI, perilaku kekerasan dalam lingkungan pendidikan dan di masyarakat, kejahatan seksual, pergaulan bebas dan kecenderungan anak-anak muda pada narkoba, serta yang tidak kalah penting mengenai tindak kejahatan kasus korupsi.

Pendidikan karakter di dunia Pendidikan
Upaya memperkuat pendidikan karakter Bangsa Indonesia, melalui salah satu butir termuat dalam Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Beliau berkeinginan melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang akan diterapkan di dalam dunia pendidikan serta seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada tahun 2010, pendidikan karakter sudah pernah dimunculkan sebagai gerakan
nasional. Namun, keberadaan gerakan pendidikan karakter ini belum cukup kuat. Oleh sebab itu, pendidikan karakter perlu diprioritaskan dan diperkuat kembali menjadi gerakan nasional pendidikan karakter bangsa melalui program nasional Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Dunia pendidikan menjadi dasar yang sangat tepat bagi pembentukan karakter bangsa, karena memiliki struktur, sistem dan perangkat yang tersebar di seluruh negeri dari daerah sampai pusat. Pembentukan karakter bangsa ini ingin dilaksanakan secara menyeluruh dan sistematis melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terintegrasi dalam keseluruhan sistem pendidikan, budaya sekolah dan dalam kerja sama dengan komunitas.

Tujuan dan penerapan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter
Tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan, sehingga pendidikan karakter bangsa.
Penguatan Pendidikan Karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Program PPK diharapkan mampu menumbuhkan semangat belajar dan membuat peserta didik senang di sekolah sebagai rumah yang ramah untuk bertumbuh dan berkembang.

Penerapan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah melalui pendekatan pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat sesuai dengan potensi lingkungan dan kearifan lokal yang ada.

Senin, 23 Oktober 2017

Faktor Pendidikan Nomor Satu Demi Keluarga



Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.
METRO, MI

Keluarga merupakan tatanan institusi dan secara masif bagian dari masyarakat Indonesia. Negara Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju yang ada di dunia, sehingga tidak hanya menyandang sebuah negara yang sedang berkembang dengan berlarut-larut, sebagai catatan, harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang ada berkualitas. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas salah satunya, lahir dari suatu keluarga yang memiliki sistem pendidikan yang baik. Jadi saling berhubungan, sehingga faktor pendidikan ini lah yang harus dinomor satukan dalam keluarga tersebut.
Seperti halnya keluarga Bapak Waluyo dan Ibu Sulasmi, yang berdomisili di Pemangku Air Putih 1, Desa Tanjung Raya, kecamatan Waytenong, Kabupaten Lampung Barat, meski memiliki latar belakang tamatan SMP yang berprofesi sebagai petani kopi dan segala keterbatasan yang dimiliki, tetapi masalah pendidikan bagi putra-putrinya sangat diutamakan. Keinginan untuk memperoleh pendidikan formal kala itu begitu besar, namun karena faktor biaya dan adat yang menyebabkan mereka hanya mengenyam sebatas pendidikan tersebut. Keluarga harus senantiasa menyadari kehadiran buah hati senantiasa tumbuh dan berkembang melalui dunia pendidikan, baik yang ada dalam keluarga itu maupun sekolah yang bersifat formal.

Pendidikan Di Lingkungan Keluarga
Penerapan pendidikan di lingkungan keluarga,yaitu dengan senantiasa menerapkan pola disiplin. Memang tidak seperti militer, namun dengan memiliki sikap disiplin, maka akan menjadikan seorang anak menjadi bertanggungjawab dan tidak mudah putus asa. Misalnya dengan memenejemen waktu antara bermain, belajar dan membantu orangtua. Ketika putra-putrinya belajar, maka sebagai orangtua, ikut mendampingi dan membimbing, mengajari sebisa mungkin. Ikut mengingatkan, mengecek jadwal pelajaran, memfasilitasi apa keperluan yang dibutuhkan bagi putra-putrinya, meski kesibukan akan hal pekerjaan yang begitu menguras tenaga mereka tetap terapkan. Sehingga anak merasa dirinya diperhatikan dengan penuh kasih sayang. “Walau badan terasa lelah, capek, seharian bekarja mencangkul, tapi tetap saya sempatkan, padahal enaknya istirahat, kalau gak nonton televisi”. Ujar  Bapak Waluyo. “Tapi ya namanya anak-anak kadang susah juga, apalagi teman-temanyakan bebas gak pernah belajar, jadi keikut”. “Menjadi orangtua harus penuh kesabaran, ada satu lagi memberikan dorongan, baik anggaota keluarga maupun sanak saudara dekat Lanjut Pak Waluyo. “Ponakan saya Witono Hardi yang sekarang dosen ITS Surabaya itu juga tidak henti-hentinya memberikan nasihat kepada anak-anak saya, efeknya luar biasa “. Selain itu dengan mengedepankan toleransi dalam keluarga, karena walaupun satu kandung, pola fikir putra-putri memiliki keberagaman, baik dari segi makanan kesukaan, kebiasaan, ataupun dari sifat-sifat itu sendiri. Kejujuran, gotong royong yang sangat langka dimasa sekarang, menjadi sebuah perhatian yang sangat serius. Penerapanya dimulai dari ucapan, yang jauh dari kata dusta dan fitnah. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanawataala dengan menertibkan dalam menjalankan ibadah suatu hal yang mutlak. Dengan pembiasaan-pembiasaan ini yang natinya menjadi modal dalam mengarungi kehidupan dilingkungan sosialnya.

Sekolah Formal Menjadi Faktor Pendukung
Tekat bulat dan keteguhan hati kuat yang dimiliki keluarga tersebut, maka memutuskan putra-putrinya untuk dinyekolahkan hingga sarjana, agar tidak memiliki nasib yang sama dengan orangtuanya kerja kasar. Menyadari bahwasanya putra-putri tidak cukup dengan hanya meninggalkan harta-benda saja dan perlunya ilmu pengetahuan dalam bekal hidup. Angan-angan ini tidak begitu mudah dilakukan, karena begitu kuat pengaruh, terutama di lingkungan sekitar, cemooh,merendahkan harkat martabat sering kali dilontarkan. Karena pada saat itu keluarga yang menyekolahkan putra-putrinya hingga sarjana masih jarang. Pengaruh pergaulan sang anak pun juga, membuat kerepotan orangtua, sampai gedek kepala.

Alhasil, karena dalam lingkungan keluarga tersebut telah digembleng sangat matang, dengan mengucap syukur alhamdulilah, keluarga Bapak Waluyo dan Ibu Sulasmi, yang memiliki 5 buah hati mengenyam pendidikan hingga bangku sarjana. “Anak saya 5, yang pertama laki-laki, bernama Sugiarto, dulu disekolahkan perusahaan tempat ia bekerja digalangan kapal hingga ke Jepang. Ke-2 laki-laki, bernama Anis Dianto, masuk UNILA tanpa tes mengambil jurusan pertanian, ke-3 Hadi Setiyo, lulusan keguruan, ke-4 Dedi Riswanto, lulusan keguruan juga dan yang terakhir perempuan, bernama Sulisetiani sama mengambil keguruan dan masih semester 1 ini”. Ujar Pak Waluyo dengan gaya bahasa jawa tulenya. Kisah ini seyogyanya kita jadikan renungan, bahwasanya keadaan ekonomi khusunya, bukan menjadi halangan untuk meniti karier putra-putrinya dan materi, bukan tolak ukur kesuksesan. “Apalagi sekarang, kita hidup jaman padang (era modern yang serba instan, serba mudah, hidup kecukupan), agar pola fikir kita berkemajuan, sehingga menjadikan keluarga yang berkualitas menuju Indonesia yang gemilang pesan Pak Waluyo.

Senin, 16 Oktober 2017

Post Power Syndrome, tak Mampu Menerima Keyataan Hidup saat Menjelang dan Masa Pensiun


Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.

Pekerjaan menjadi faktor dan modal utama dalam menjalani kehidupan di lingkungan sosial suatu individu. Suatu kondisi individu tidak lagi bekerja pada pekerjaan yang biasa dilakukan, baik di lingkungan pemerintahan, instansi negeri/swasta, BUMN, maupun pengusaha, pengertian inilah yang disebut dengan pensiun.
Masa pensiun mempengaruhi keadaan psikologi pada mental seseorang. Masa transisi ini yang sering dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan, menimbulkan kegundahan bagi mereka, hingga dapat mengalami stres berat, serta lebih dari itu, namun disisi lain, tidak berpengaruh terhadap keadaan dari seseorang tersebut. Masa pensiun menjadi momok sebagian besar kalangan atau bahkan secara tidak sadar mengalami post power syndrome. Post power syndrome merupakan suatu gejala yang terjadi di mana seseorang tenggelam dan hidup di dalam bayang-bayang kehebatan, keberhasilan masa lalunya sehingga cenderung sulit menerima keadaan yang terjadi sekarang.
Seseorang yang mengalami post power syndrome, terutama yang memiliki posisi pada jabatan penting, biasanya menganggap bahwa jabatan/pekerjaan merupakan hal yang sangat membanggakan, bahkan cenderung menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya sehingga ketika dijabat oleh orang lain merasa tidak rela. Hal ini senada dengan pendapat Turner & Helms  dalam bukunya yang menjelaskan penyebab post power syndrome, yaitu ketika seseorang mengalami kehilangan pekerjaan (masa pensiun) yang merasa dirinya menjadi kehilangan harga diri, jabatan, kebanggaan diri, serta hilangnya sumber penghasilan. Tidak hanya itu, sebab lainya dapat terjadi karena faktor, perubahan aktivitas dari aktif menjadi pasif, perubahan fasilitas, perubahan lingkungan sosial, masa depan/jumlah tanggungan anak dll.
Beberapa gejala Post Power Syndrome dapat terlihat antara lain, menjadi lebih cepat terlihat tua tampaknya, jika dibandingkan ketika masih bekerja, rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadi pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah. Cepat mudah tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, contoh lain menjadi suka ikut campur dan mengatur secara berlebihan hal-hal di sekitarnya yang bahkan bukan menjadi tanggung jawab ataupun urusannya dan tidak diminta. Malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain, ataupun frustasi. Di sisi lain gejala post power syndrome ini tentunya berbeda pada setiap individu yang mengalaminya.
Masa pensiun bukan hal yang harus ditakuti, dan dihindari, milikilah anggapan dalam hati nurani, bahwasanya di dunia ini tidak ada yang abadi, semua yang bekerja akan memasuki masa-masa tersebut, jadi tidak hanya sendiri. Seperti halnya Bapak Batu Bara yang telah pensiun 12 tahun yang lalu dan telah berkarya selama 34 tahun, Beliau menuturkan “Masa pensiun harus disyukuri”. “Melalui kesyukuran membuat seseorang bahagia, bahkan menginingkan cepat pensiun, karena telah bosan, dan jenuh, padahal setelah pensiun mau kegiatan apa belum ditentukan”. Ujar beliau. Keluarga sebagai orang yang terdekat, harus memberikan motifasi serta dorongan terhadap seseorang yang akan memasuki masa pensiun dan telah pensiun nantinya, bisa juga dengan menyalurkan hobi-hobi, misalnya melalui beternak, berladang, menyibukan diri dengan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Perlu di ingat yang terpenting, membangun relasi yang baik dengan rekan kerja serta masyarakat sekitar dengan sikap yang mulia, tidak anggkuh/sombong  pada saat masih aktif menjabat, sehingga ketika memasuki masa pensiun dan telah pensiun tidak merasa takut, tertekan, akan adanya anggapan tidak diterima/dikuculkan setelah kembali ditengah-tengah masyakata. Jabatan/kedudukan bersifat sementara, tidak menjadi berarti ketika telah tidak menjabat/pensiun dan akan kembali menjadi masyarakat biasa.



Senin, 09 Oktober 2017

Generasi Muda tak Boleh Melupakan Sejarah


Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.

Hari Kesaktian Pancasila, tanggal 1 Oktober 1965 merupakan hari yang paling bersejarah. Idiologi, falsafah serta pandangan hidup Bangsa Indonesia bersumber dari Pancasila. Gerakan 30 September (dalam dokumen pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI, disingkat G30S/PKI), suatu gerakan kebiadapan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Fakta sejarah membuktikan bahwa kekejian yang dilakukan pada saat dini hari, tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 secara terencana dengan menculik, melakukan penyiksaan dan pembunuhan yang tidak manusiawi secara sahdis, 7 Jenderal senior dan beberapa orang lain yang dianggap sebagai penghalang, merupakan upaya kudeta penggantian idiologi pancasila yang akan digantikan dengan idiologi komunis.
Salah satu dari 7 daftar nama yang masuk target operasi PKI, yaitu Jenderal TNI Abdulharis Nasution (AH Nasution) namun beliau selamat dari peristiwa maut, tetapi putrinya Ade Irma Suryani Nasution serta Ajudan sang jenderal (Lettu CZI Pierre Andres Tendean) menjadi korban usaha pembuhuhan tersebut.  Adapun nama 6 jenderal senior TNI AD yang menjadi kebiadapan PKI  meliputi, Letjen TNI, Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi), Mayjen TNI, Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan) dan Brigjen Donal Isacc Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD Bidang Logistik) gugur di tempat. Tiga korban lainya Brigjen TNI, Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat),  Mayjen TNI, Raden Soeprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD Bidang Administrasi) dan Mayjen TNI, Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD Bidang Intelijen), dibawa oleh pemberontak dalam kondisi hidup, ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta dan disiksa, dibunuh kemudian jasatnya, baik yang gugur di tempat atau yang mengelami penyiksaan, dimasukan ke dalam sumur yang dikenal sebagai lubang buaya.
 Selain itu, pada sore hari 1 Oktober 1965, beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban: Bripka Karel Sasuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena), Kolonel Katamso Darmo Kusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta), Letkol Sugiono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta).
Sebagai generasi muda, harus mengetahui bahwa PKI sebagai partai terlarang dan faham komunis tidak boleh tumbuh keberadaanya di Indonesia. Terbukti telah melakukan pemberontakan tidak hanya sekali. Maka dari itu apa yang telah terjadi tidak boleh terulang kembali sekarang dan di era yang akan datang. Meski PKI sudah dibubarkan namun tetap harus waspada,  begitu juga dengan faham-faham lain yang bertentangan dengan pancasila. Sebagai wujud mengenang, dapat dilakukan dengan menonton bareng pemutaran film G30S/PKI yang disutradarai oleh Arifi C Noer. Mengenang bukan berarti menimbulkan kebencian dan menaruh dendam mendalam, namun dijadikan pembelajaran dan sangat membahayakan keutuhan negara.
Empat pilar kebangsaan, Pancasila, UUD1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai pilar yang merupakan  unsur memperkuat pemahaman setiap insan, untuk menepis pelemahan faham komunisme. Tantangan yang terbesar saat ini yang dihadapi Bangsa Indonesia sangat kompleks. Selain dari faham yang bertentangan dengan idiologi Pancasila. Suatu perbuatan yang melanggar norma-norma Pancasila yaitu tindakan korupsi.
Apabila bercermin dari sejarah itu sendiri, tidak selayaknya pewaris bangsa ini tega melakukan penghianatan terhadap negaranya. Marak sekali sendi kehidupan dikotori dengan manusia yang tak bermoral dengan  tega melakukan tindakan tersebut. Baik yang dilakukan untuk kepentingan golonganya, maupun secara individu guna mamperkaya diri. Melalui kekuasaan dengan membeda-bedakan antara pendukung dan yang tidak mendukung, sehingga nampak sekali pilih kasih.



Selasa, 03 Oktober 2017

Geliat Literasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Metro


Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.

Dukungan instansi pemerintah Kota Metro mengenai program literasi terhadap masyarakat begitu besar. Hal ini dapat kita lihat dari kegiatan acara Hari Kunjungan Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan kearsipan Daerah (Dipusarda) Kota Metro yang berlangsung pada tanggal 26 sampai dengan 27 September 2017 lalu. Kegiatan ini dilakukan guna menumbuh kembangkan budaya literasi, khususnya masyarakan yang ada di Kota Metro. Adapun kegiatan yang diselenggarankan berupa, acara 100 meter lorong baca, donasi baca, serta berbagai perlombaan meliputi; Lomba mewarnai (TK), Lomba bercerita (SD), lomba pidato Bahasa Ingggris (SLTA), tidak hanya itu, ditambah lagi dengan agenda pendukung berupa; gelar vidio walikota dan tim PKK “Ayo membaca”, lomba menulis cerpen online, bazar buku, gelar pentas, nonton bareng, bedah buku, sketsa boot, photo booth, gelar kreativitas, lomba selfi, serta gelar karya cipta putra daerah.
Penyerahan hadiah dan pemberian apresiasi pada acara puncak tanggal 27 September 2017 yang secara langsung diberikan oleh Bapak H. Ahmad Pairin, S.Sos, selaku Wali Kota Metro, Bapak H. Djohan, S.E., M.M., selaku Wakil Wali Kota Metro, Kapolres Metro AKBP Ibu Umi Fadilah Astutik, S.Sos., S.IK., M.Si., Ketua DPRD Kota Metro Ibu Anna Morinda, S.E., M.M. dan perwakilan Dandim 0411 Lamteng, serta instansi lain yang turut hadir, kepada para pelajar, peserta lomba dan pustakawan yang berprestasi serta turut berperan aktif.
Di awal sudah dibicarakan mengenai literasi. Kata literasi sudah tidak asing lagi kita dengar, sebenarnya apasih literasi itu? Menurut National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Banyaknya cara yang dilakukan agar individu membudayakan literasi, salah satunya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan kearsipan Daerah (Dipusarda) dengan mengadakan agenda serta perlombaan-perlombaan, yang bisa ditiru oleh instansi-istansi yang lain.
Ternyata antusias masyarakat begitu besar, terlihat dari setiap kegiatan, misalkan Acara 100 meter lorong baca yang banyak melibatkan sekolah dalam penyediaan stan buku perpustakanya, memiliki tujuan agar dapat meningkatkan minat membaca masyarakat, yang merupakan bagian dari litersi itu sendiri, banyak hal yang diperoleh dari manfaat membaca diantaranya; mengembangkan kemahiran bertuturkata, mengembangkan pikiran dan cara berfikir, menambah pengetahuan, melatih daya ingat dan pemahaman, mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, mengembangkan kemampuan mengolah informasi dan ilmu pengetahuan kemudian menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari, membantu menyegarkan pikiran dan mengisi waktu luang agar tidak sia-sia, serta menguasai banyak kosakata, kalimat dan isi bacaan.
Berikutnya dari agenda pendukung menulis cerpen online, yang juga penulis ikut berpartisipasi. Kegiatan litersi begitu terasa, dengan menghubungkan ide-ide yang ada, kemudian merangkainya menjadi satu kesatuan yang utuh, secara kronologis, membutuhkan imajinasi dan pemikiran yang ekstra, terkhusus bagi pemula. Apresiasi terhadap hasil karya oranglain pula menjadi dorongan memunculkan penulis-penulis baru di Kota Pendidikan Metro serta talenta-talenta lain sesuai dengan bakatnya. Peserta didik yang berada dalam lingkungan sekolah ikut ambil bagian dalam mensukseskan Kota Metro menjadi kota pendidikan. Bila literasi telah tertanam dan menjadi budaya masyarakat, maka Kota Metro menjadi kota rujukan bagi kota lain yang ada di Indonesia.


Senin, 11 September 2017

CARA PEMANFAATAN BOTOL BEKAS

CARA PEMANFAATAN BOTOL BEKAS
oleh: Tiara Nur Mulyawati
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil sampah yang cukup banyak. Banyak kegiatan sehari-hari yang menghasilkan sampah, terutama sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh alam, contohnya botol-botol bekas. Banyak botol-botol bekas yang sering dibuang oleh masyarakat yang sebenarnya memiliki manfaat jika dibuat menjadi suatu barang yang memiliki fungsi tertentu. Pada teks prosedur ini, saya akan berbagi mengenai cara pemanfaatan botol bekas menjadi pot bunga yang menarik dan indah agar dapat menjadi referensi bagi para pembaca teks prosedur ini. Tujuan pembuatan teks prosedur ini adalah untuk mengetahui cara pemanfaatan botol bekas menjadi pot bunga yang menarik dan memiliki nilai estetis, mengurangi sampah yang tidak mudah terurai oleh alam, dan mencegah kerusakan alam.
            Bahan-bahan  yang diperlukan untuk membuatnya, antara lain : botol bekas berukuran 1,5 liter, cat, tanah, tanaman (bunga), kawat, dan paku. Sedangkan alat-alat yang diperlukan, antara lain : gunting, cutter, tang, kuas, dan alat pemanas.
            Bagaimana cara membuat pot bunga dengan menggunakan botol bekas agar terlihat menarik dan indah ? langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Pertama, siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Ambil botol bekas, potong kepala botol dengan menggunakan gunting.
3.      Guntinglah setiap ujung potongan kepala botol sampai setengah botol dengan bentuk persegi panjang.
4.      Setelah itu, ambil tiap persegi panjang kemudian gulung-gulung sampai ujung potongan botol. Lakukan untuk semua potongan berbentuk persegi panjang tadi sampai membentuk seperti kelopak bunga.
5.      Lubangilah sisi botol pada satu bagian botol, kemudian ikatkan kawat pada sisi botol dengan membentuk seperti kail agar bisa digantungkan pada tembok nantinya.
6.      Setelah semuanya selesai, ambil cat kemudian warnai bentuk pot tadi dengan warna yang diinginkan dan bila perlu gambar dengan kreasi anda masing-masing agar pot tampak menarik.
7.      Jemur pot yang sudah di cat tadi di bawah sinar matahari sampai kering.
8.      Setelah kering, panaskan paku lalu lubangi pot tadi pada bagian bawahnya sebagai tempat keluarnya air saat bunga disiram.
9.      Kemudian, ambil tanah dan masukkan ke dalam pot lalu beri tanaman hias/bunga  yang ingin ditanam.
10.  Ambil paku lalu pasangkan ke tembok dengan menggunakan palu dan atur susunan letak pot sesuai dengan yang diinginkan.
11.  Pasangakan pot bunga yang sudah jadi tadi ke paku yang sudah dipasangakan.

12.  Jadilah pot cantik yang berwarna-warni yang mempercantik rumah anda.

Kamis, 07 September 2017

LITERASI PENULISAN ARTIKEL pada PELAJARAN BAHASA INDONESIA

ARTIKEL

LITERASI PENULISAN ARTIKEL pada PELAJARAN BAHASA INDONESIA
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.
HUMAS MGMP BAHASA INDONESIA SMK KOTA METRO

Peserta didik yang berkompetensi lahir dari guru yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai serta diaktualisasikan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Artinya guru senantiasa dituntut menjadi seorang yang memang betul-betul profesional berdasarkan standar kompetensi sesuai bidang. Peningkatan kompetensi baik sisi pedagogik (strategi dalam pembelajaran) maupun profesional diperoleh dari seorang guru melalui banyak hal dari proses pengalaman yang berharga dalam hidup, dari banyak membaca sumber referensi seperti buku, koran, televisi, radio, vidio pembelajaran, media sosial internet atau ikut peran serta dalam mengikuti perlombaan misal perlombaan yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 beberapa waktu lalu atau terlibat dalam pelatihan dan pengembangan profesi, dengan demikian proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkup belajar dapat tercapai secara maksimal terlebih dapat mengispirasi peserta didik melalui literasi sekolah dengan berkarya.
            Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai contoh dapat menunjang program pemerintah terutama dalam hal literasi. Menurut National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. 
Melalui pembuatan artikel pada saat pembelajaran merupakan langkah yang tepat digunakan guru Bahasa Indonesia, dari sini seorang guru mampu mengubah prilaku perserta didik dari malas membaca menjadi gemar membaca. Mengapa demikian, pembuatan artikel bukan barang yang mudah, tetapi membutuhkan kepiawaian dalam memilih dan mengolah serta menghubungkan kata, buktinya sangat jarang sekali seorang guru termotifasi membuat sebuah artikel kemudian diterbitkan pada sebuah media cetak, media online dan surat kabar, yang ada hanya update status melalui media sosial seperti FB, BBM, Twiter, WhatsAPP dll. Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia hanya sekadar sandangan belaka. Padahal berbeda dengan artikel yang memang penulisan harus berdasarkan fakta yang berasal dari referensi banyak sumber, dari sinilah seseorang akan termotifasi dari 4 keterampilan berbahasa yakni mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang mengandung muatan literasi itu sendiri.
Bayangkan jika semua guru Bahasa Indonesia yang ada di tanah air ini dari semua jenjang pendidikan berperan aktif mengisi rubrik yang bermanfaat pada semua jenis saluran komunikasi, maka akan meminimalisir berita hoax (berita bohong) karena setiap kontens sudah terisi oleh muatan yang bernilai positif. Berkarya artikel wujud literasi yang mudah disalurkan terutama dalam membentuk karakter peserta didik yang beraklah mulia, hal ini bisa kita lihat pengalaman penulis membuat artikel kemudian diterbitkan oleh koran media masa Metro Indonesia yang salah satunya edisi 637 hari Senin, 01 Juni 2017 Halaman 7 kolom 1-4 dengan judul Perlunya Mengenalkan Sosok R.A Kartini pada Generasi Muda.
Partisipasi media masa baik cetak maupun elektronik dalam memberi ruang serta menyalurkan informasi sangat penting, bagai mana bisa terealisasi apa bila ada informasi yang sangat bagus tetapi  tidak terbublikasi, lantaran masih ada media yang tidak memberi kesempatan dalam pemuatan terutama dalam kalangan tertentu seperti tenaga pendidik, tetapi kenyataanya tidak semua, dari sekian banyak media masih ada yang peduli, seperti halnya media cetak Metro Indonesia ini, penulis mengucapkan apresiasi yang sebesar-besarnya karena telah memberi kesempatan dalam menyalurkan aspirasinya terutama dalam hal pendidikan, ini dapat menjadi panutan media yang lain.
Penerapan literasi di sekolah berlangsung pada saat pembelajaran, artikel dengan judul di atas yang telah dimuat melalui media di scan kemudian dibuat slide melalui program power point kemudian ditampilkan melalui layar LCD di depan kelas. Ternyata antusias peserta didik sangat signifikan selain pengajaran cara pembuatan, sekaligus terpenting dapat  menjelaskan pula makna yang terkandung dalam artikel , dengan demikian seorang pengajar  menjadi lebih berwibawa dan dipercaya dalam berkata sehingga memudahkan peserta didik dalam mengajari karakter yang baik. Kelebihan yang lain kita bisa memprogram meteri mengenai kebaikan apa yang akan kita sampaikan berikutnya. Disisi lain masih banyak guru Bahasa Indonesia khususnya dalam pengambilan sampel pemodelan hanya menyadur/mengambil karya orang lain yang menyebabkan siswa kurang yakin karena pengajar sendiri belum mampu berkarya. Jika hal ini terus menerus terjadi maka apakah peserta didik akan sesuia dengan harapan tujuan Pendidikan Nasional  Pemerintah? Hanya diri kita yang bisa menjawabnya sebagai pendidik. Mari Bapak Ibu guru pengajar di seluruh tanah air tanpa menghilangkan rasa hormat, kita gali potensi apa yang kita miliki, kemudian mengaplikasikanya dalam wujud karya yang nyata. Sehingga peserta didik kita menjadi manusia yang berilmu beraklakul karimah yang berprestasi tidak hanya sebatas angan-angan belaka.



Senin, 04 September 2017

Berbagi Informasi Mengenai Kurikulum 2013 Terbaru
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

Menjalin hubugan harmonis antara pihak sekolah dengan orangtua (walimurid) sangat diperlukan. Kedekatan ini yang nantinya akan mengemban amanah memanusiakan manusia yang seutuhnya dengan perinsip pembelajaran sepanjang hayat. Orangtua memiliki andil yang sangat besar dalam memberikan pendidikan, mengayomi putra-putrinya ketika kembali dalam kehangatan keluarga. Pihak sekolah sebagai lembaga yang telah dipercaya oleh orangtua (walimurid) dalam menitipkan peserta didik, harus memiliki tanggungjawab penuh terhadap siswa-siswinya, baik mengenai ilmu pengetahuan umum atau yang sering disebut sebagai kompetensi maupun mengenai ahlak karakter keperibadian yang mulia.
Orangtua beserta sekolah harus bersinergi sehingga tidak ada kesalah fahaman apabila peserta didik selama kurun waktu masih menjadi pelajar pada suatu lembaga sekolah formal baik mengenai akademik maupun nonakademik, hubungan sosial peserta didik dengan lingkungan, terhadap guru, maupun terhadap teman sebaya. Konflik yang sering muncul, ketika peserta didik melanggar, baik itu mengenai peraturan tatatertib sekolah, serta sikap yang telah melanggar, terlebih sebelumnya telah berproses melalui beberapa prosedur yang berlaku, tetapi pihak orangtua tetap tidak mau menerima atas sanksi yang diberikan dari pihak sekolah. Guna meminimalisir kemungkinan yang akan terjadi, penulis akan menguraikan sedikit mengenai penyegaran kurikulum 2013 terbaru, yang berkaitan erat dengan kemajuan atau penyelesaian masalah terhadap peserta didik.
Terlebih dahulu akan diuraikan mengenai pengertian kurikulum itu sendiri, kurikulum menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum 2013 sekarang dikenal dengan istilah K-2017 dengan nama kurikulum nasional, tetapi nama yang muncul tetap K-13, adapun dasar hukum yang dipakai adalah PERMENDIKBUD no 20, 21, 22, 23 dan 24 tahun 2016. Revisi kurikulum 2013 mengacu pada keterampilan abad ke-21 dengan menerapkan karakter, literasi, dan kompetensi. Karakter dalam kurikulum 2013 memiliki sebutan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) yang menjadi dasar indikator, meliputi religius, nasionalisme, mandiri, gotongroyong, serta integritas yang  dapat diterapkan di lingkungan sekolah serta dalam pembelajaran di kelas.
Sedangkan literasi menurut National Institute for Literacy, mendefinisikan sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Penerapan literasi melalui gerakan literasi sekolah, seperti memberi ruang baca pada pojok kelas, maupun mading, serta gerakan literasi dalam setiap mata pelajaran.
Kompetensi merupakan seperangkat kemampuan menyangkut sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran (kompetensi dasar) yang sangat berpengaruh terhadap naik bahkan tinggal kelas  pada jenjang pendidikan. Kurikulum K-13 yang sekarang merupakan wujud dari penerapan salah satu NAWACITA  yang digagas oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Sebagai penghujung, harapanya tidak ada lagi salah komunikasi antara orangtua dan pihak sekolah gara-gara kurang memahami, karena problematika internal yang berkaitan dengan peserta didik karena sudah jelas mengenai hukum sebab dan akibat bila siswa melanggar.
           


Kamis, 31 Agustus 2017

Laksana Tunas Pisang Menghimpit Induknya


Laksana Tunas Pisang Menghimpit Induknya
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

Tanpa kita sadari hingga terkesan biasa fenomena ini kerap terjadi di lingkungan sekitar kita. Anak yang tidak memiliki kemandirian pantas disebut dengan istilah Laksana Tunas Pisang Menghimpit Induknya. Memang tuhan menciptakan sesuatu bisa menjadi pelajaran bagi manusia yang berfikir. Orang tua yang telah melahirkan anaknya memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa depan pada era mendatang. Pengorbanan yang luar biasa mereka kerahkan tanpa mengharap imbalan sedikit pun. Pemenuhan pendidikan sudah barang tentu dari mulai PAUD     (Pendidikan Usia Dini) sampai perguruan tinggi yang bergelar Diploma, Sarjana (S1), Magister (S2), Doktor (S3) hingga Prof siap mencukupinya.
Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua menjadikan penyejuk hati sehingga tampak dengan adanya putra-putri yang berakhlak mulia memiliki kemandirian, terlebih dapat bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa serta agama, dengan memiliki kemandirian maka bila telah mencapai dewasa terlihat dengan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Menjadi pribadi yang dapat bertanggung jawab apabila dikemudian hari telah berkeluarga.
Sangat menyedihkan apa bila seorang anak telah berkeluarga tetapi masih bergantung kepada orang tua. Mulai dari pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sampai menyerahkan anaknya untuk memenuhi kebutuhan lahir maupun batin. Memang sebagai naluri orang tua yang memiliki sifat lemah-lembut serta asih tidak akan menolak secara terus terang, namun kita sebagai orang muda harus peka akan perasaan ini. Ingat usia orang tua kita makin hari semakin bertambah yang artinya kondisi fisik sudah tidak sekuat dahulu. Padahal pada usia menginjak lanjut usia sudah seharusnya menikmati masa tua dengan bersenang-senang karena kalau dilihat jerih payah usaha sudah terlampau lama, yang seharusnya dapat menikmati hasilnya. Belum lagi apabila keluarga kandung kita itu tidak banyak, bayangkan jika memiliki 6 saudara dan semua memiliki sifat sama yakni tidak memiliki kemandirian, menuntut hendak dibuatkan rumah, apalah jadinya makin memperpendek usia orang tua, kerena banyak tekanan. Kejadian semacam ini tampak dari level desa maupun kota. Mereka terlihat mapan tetapi proses yang ada hanya suplai bahkan merongrong orang tua. Sebagai orang tua hendaknya jangan pernah memanjakan anak telalu berlebih, perlu memperkenalkan bagaimana merasakan susahnya mencari penghidupan pada saat ini dengan tujuan agar anak tidak sampai memaksakan kehendak di luar batas kemampuan orang tua atas dasar gengsi dan lain sebagainya.
Padahal ilmu yang telah kita dapatkan, baik di lingkungan sekolah formal maupun non formal, melalui pengalaman yang ada itu sebagai jembatan dalam menuju gerbang kesuksesan, dari ilmu itulah kita bisa bahagia baik di dunia maupun setelah meninggal dunia, sesuai dengan sabda nabi yang artinya “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu.Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”
Tidak usah ambisi memiliki perkebunan yang lebar atau membuka hutan belantara memperluas lahan, terkhusus yang masih jauh di pelosok desa, sebagai mana penulis saksikan sendiri. Ini modern bukan zaman prasejarah yang harus mengorbankan banyak pohon, dengan ilmu ini kita bisa bertahan hidup. Kemudian pepatah lama mengenai mangan ra mangan kumpul  (walaupun makan tidak makan yang penting bersama keluarga) diganti sehingga menjadi kumpul ra kumpul mangan (bersama maupun tidak bersama keluarga tetapi tetap makan) berlaku bagi keluarga kecil tetapi tidak pada saat acara keluarga ya. Coba lihat kisah orang yang sukses dengan mendulang trilyunan rupiah hingga menyandang orang terkaya di dunia sepetri “Pendiri Microsoft Bill Gates masih menempati peringkat teratas daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, karena ilmu yang mereka miliki, bukan menunggu warisan orang tua. Apalah gunanya ditinggalkan harta berlimpa tetapi tidak memiliki ilmu, maka lambat laun akan habis bahkan mengakhiri dirinya dengan bunuh diri  karena terlilit hutang. Janganlah bangga dengan apa yang dimiliki dengan berlinang materi tanpa tahu proses pencarian, tetapi lebih baik makan dengan garam dengan hasil jerih payah sendiri.


                  

Selasa, 29 Agustus 2017

Teks Prosedur Sangat Dibutuhkan Banyak Kalangan

Teks Prosedur Sangat Dibutuhkan Banyak Kalangan
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari suatu pengalaman yang pernah dijalani, baik itu pengalaman yang menggembirakan atau menyedihkan, dari setiap pengalaman yang dilalui harapanya menjadi ilmu baru, maka ada istilah pengalaman adalah guru terbaik, dari pengalaman itu timbul trik/cara mempermudah, menjadi maksimal apa yang akan dikerjakan. Kaitan dalam hal ini, maka perlu mengetahui bagaimana cara menguraikan agar lebih gamblang suatu informasi kepada pembaca, supaya lebih bermanfaat dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Teks prosedur dapat dikatakan sebagai petunjuk melakukan sesuatu, dalam layanan sosial sering menggunakan kata kunci, kiat, tips, resep, cara jitu dan lain sebagainya. Kiranya dari setiap latar belakang baik profesi, hobi sangat dianjurkan dalam mengolah, kemudian menuangkan suatu ide menjadi tulisan yang bermakna melalui bentuk teks prosedur, misalkan seorang petani palawija yang telah lama dan berhasil membudidayakan tanaman kubis di sekitar area perumahan, sehingga menjadi tambahan nilai ekonomi, selain untuk dikonsumsi keuarga dan tetangga dekat dengan memperkenalkan teknik pertanian organik. Seorang guru Bahasa Indonesia menulis materi tentang teks prosedur mengenai motivasi peserta didik, agar mampu menulis paragraf secara mudah. Terlebih peserta didik berinovasi, mengenai tips cara belajar agar mencapai secara maksimal, benar-benar mengetahui apa yang telah diajarkan oleh para pendidik, sehingga karier kedepan dalam menggapai cita-cita mudah ditempuh tentunya dengan jalan yang tidak melanggar tatanan.
Bila saat ini masih belum paham mengenai teks prosedur, perhatikan cara mudah dalam membuatnya. Secara umum teks prosedur terdiri atas sebuah pernyataan umum dan tahap-tahap sebagai prosedur melakukan sesuatu kegiatan.Gambaran umum, dapat berupa pengertian, ciri khas, manfaat serta tujuan yang tentunya berkaitan dengan judul tersebut. Sedangkan tahapan merupakan langkah yang harus dilakukan dari awal sampai akhir suatu kegiatan, termasuk bahan. Ketersampaian informasi sukses atau tidak berada pada proses tahapan,  pilih diksi atau gaya bahasa yang mudah dipahami atau bahasa kominikatif, agar pembaca dapat dengan secara mudah mengetahui maksud penulis. Perhatikan contoh sederhana teks prosedur ala penulis pada saat pembelajaran berlangsung pada sekolah tingkat SMA/SMK di kota Metro 26 Juli 2017 yang lalu.
Cara Mudah Membuat Paragraf Deduktif

Paragraf merupakan kumpulan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan, paragraf berdasarkan pola pengembangannya terdiri  dari paragraf induktif dan deduktif, deduktif dimulai dari pernyataan umum(kalimat utama)  kemudian diikuti pernyataan khusus(kalimat penjelas) sedangkan induktif dimulai dari pernyataan khusus diikuti pernyataan  umum.  Berikut cara membuat paragraf deduktif dengan mudah;
1.      Tentukan tema yang akan dibuat
2.      Tentukan kalimat utama (pernyataan umum)
3.      Kalimat utama berada didepan paragraf
4.      Ikuti dengan  kalimat penjelas/pernyataan khusus (pengertian, ciri, fakta-fakta, contoh dll) yang bertalian dengan kalimat utama
5.      Pilih gaya bahasa yang menarik, serta konjungsi atau kata hubung yang sesuai
6.      Kembangkan sesuai dengan keinginan
Demikian cara mudah membuat paragraf deduktif, gampang bukan?

Era modern sangat berkaitan erat dengan keterampilan menulis, maka sangat penting seseorang harus memiliki keterampilan tersebut dan tidak jarang dapat menunjang kariernya. Selamat mencoba.
           


Senin, 28 Agustus 2017

Cerpen, Tidak ada Pilihan Lagi Selain dari Bedah Sesar

Cerpen
Tidak ada Pilihan Lagi Selain dari Bedah Sesar
0leh: Hadi Setiyo, S.pd.

Segala penjuru telah kembali keperaduanya, mega merah tampak di ufuk barat, seruan panggilan manusia untuk menyembah kepada tuhan-Nya berkumandang. Tampak dari kamar mandi, terdengar guyuran air yang turun, jatuh ke lantai kamar mandi. “Iya itu ayah Ku hendak bersih diri, tadi baru pulang dari tempat bekerja”. “Ayah Ku namanya Hadi Setiyo, biasa dipanggil Pak Hadi yang sudah hampir dua tahun bekerja di tempat kami berdomisili”. “Ayah Ku itu, orangnya kerja keras jarang bercanda adanya serius kata “Ndah Ku gitu”. Suara pintu kamar mandi mulai terbuka, langkah kaki ayah Ku semakin dekat. “ Rania ayo kita ke masjid, Ndah mana?” begitulah ayah mengajak Ku, mencari dan mencari sampai melihat isi ruangan, “Ndah ada di kamar Yah, sapa Ku”. Panggilan terhadap ibu ku dengan sebutan Ndah, entah sebutan sejak kapan, yang jelas sampai sekarang memanggil mereka dengan sebutan ayah dan ndah atau dulu mereka sepakat setelah punya anak dengan sebutan itu aku tidak tahu.heee.. Aku di bopong dengan ayah Ku dengan mudahnya, postur tubuh Ku kecil heee.. jadi dengan sekali sambar dapat dianggkat, diciumlah kening Ku oleh ayah Ku, kamipun berangkat bersama menuju masjid, guna melakukan sholat magrib. “Ndah...”kata ayah Ku, “pintunya dikunci ya... “dengan segera ndah Ku mencari dan mengunci rumah.
Pada gendongan ayah ku,  “Aku mulai membayangkan begitu hebatnya penjuangan orang tua Ku hingga aku menginjak ke 2 tahun ini”. “Oh ya...teman, nama lengkap Ku Rania Pramesthi Arisanti, kata ayah nama Ku punya arti lho..artinya adalah bangsawan yang berdiri paling depan yang memiliki hati lemah lembut, bagus ya sob...” nama Ibu Ku Arisma prihatining Tyas, orangnya cantik secantik hatinya”. Aku dulu katamya dilahirkan cesar. Pada saat itu hari bahagia bertepatan dengan ayah Ku diterima bekerja ditempat sekarang mengajar. Menjelang perlaninan ndah Ku, ayah mengikuti tes mengajar di sekolah, SMK MUHAMMADIYAH 3 Metro namanya. Pada saat esok hari menjelang tes ayah sholat malam dan berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar esok lancar. Tahap demi tahap dilewati, saingan terberatnya dari universitas negeri yaitu Unila, tapi berkat pertolongan allah, semua dilancarkan dan alhamdulilah diterima menjadi tenaga pengajar.
Pada saat ndah Ku memasuki bulan persalinan, rutin konsiltasi kemedis, buktinya foto hitam putih USG ada banyak. Pernah aku difonis jenis kelami Ku cowok, untungnya tidak semua perlengkapan banyinya mengarah ke laki-laki yang dibeli. Ndah udah mulai mules, ternyata ketika Aku di dalam perut, pada saat itu Ndah langsung menelfon ayah, karena masih di kantor sekitar jam 11.00, hp ayah mulai berdering di saku celana, secara reflek ayah melihat dan mengangkat, “Halo....ngapa Ndah....” “aku udah sakit ni Yah... rasanya,” ujar ndah. “Oh iya bentar ini mau pulang”, seketika itu di tutup telfon, Ayah tanpa basa-basi langsung pulang, setibanya di rumah, ayah membawa ndah ke bidan, memang dari dulu sudah ditentukan hendak melahirkan di rumah bidan saja. “Asalamualaikum....asalamualaikum....” ayah mengucap salam, tampak lirih dari dalam terdengar  sambil membuka pintu “walaikumsalam”, “Oh Ibu mari masuk”, ayah dan ndah dipersilahkan masuk dan ditanya soal keluhanya. Lama 15 menitan kurang lebih, keputusanya belum waktunya melahirkan dan dipersilahkan pulang kembali, pada saat itu hari Rabu, kalau tidak salah tanggal 26 Agustus 2015. Apabila sudah terasa mulas yang sesungguhnya disuruh secepatnya kerumah bidan kembali.
Setibanya di rumah, Ayah bingung bukan kepalang, melihat ndah yang tidak bisa Aku membayangkan apa rasanya, meski Aku sebetulnya yang ada di perut itu dan yang menyebabkan ndah sakit heee...” Ayah sakit banget perut ku”, rintahan ndah, air mata mulai menetes sambil memegang perut yang besar. “Sabar ndah proses persalinan ya memang seperti itu”, ayah menghibur. Hingga bertahan sampai hari Kamis, bayangkan menahan rasa sakit kurang lebih 9 jam. “Ayo antarkan Aku kebidan lagi”....”Aku udah gak kuat”, tanpa sepatah kata dan tidak mau ambil resiko, ayah mengantar Ndah, kali kedua, jam 04.30 dini hari, masuk hari Kamis 27 Agustus 2015. Pada saat itu belum azan subuh, tetapi sama, jawaban yang di lontarkan bu bidan, “Ini masih kontraksi palsu, adek kecil belum mau keluar” kata Bu Bidan dan disuruh menunggu kembali. Cemas bercampur khawatir ayah dan ndah pulang ke rumah.
Bude Reni, bude Ku yang sedari beberapa waktu lalu rutin menelfon ndah menayakan kabar, kemudian ditelfon ayah meminta pendapat jalan keluarnya, entah apa yang dibicarakan, tiba-tiba beberapa saat kemudian datang dengan membawa mobil. “Ris ayo kita periksa ke bidan Ku aja”, ujar Bude Reni. “Ini bidan udah andal mulai dari anak pertama dan kedua Ku, ya disana”. “Oke mbk” kata ayah dan ndah. Ternyata menuju ke rumah bidan kembali, arah tempuran 12 B (nama tempat) tidak jauh dari tugu perbatasan Kota Metro dan Lampung Tengah, sebelah kanan jalan jalur dua. Beliau merekomendasikan untuk USG yang menampilkan gambar 4 dimensi agar tampak jelas, arahan bu bidan kami turuti.
Kini mobil melaju kembali guna menuju tempat yang dimaksud sebuah klinik bersalin yang ada di 21(nama tempat), kurang lebih 15 menit perjalanan, setelah sampai tujuan, ndah diperiksa oleh dokter kandungan, kemudian menjalani USG, hasil pemeriksaan menunjukan bahwa air ketuban telah habis, salah satu jalan agar bayi dan ibu selamat melalui operasi cesar dengan segera. Mendengar ucapan bu dokter yang demikian itu, membuat hati Ayah, Bude, Pakde, Eyangti semakin cemas dan takut. Berbagai pertimbangan, akhirnya dengan rujukan manajer Rumah Sakit umum Ahmad Yani Kota Metro, agar di bawa ke rumah sakit tersebut saja, barang kali masih bisa dengan jalan normal.
Hari Jumat setelah magrib, ndah masuk UGD dan di bawa ke ruang persalinan, menunggu dan menunggu hingga Sabtu pagi. Setelah diperiksa kesekian kali, akhirnya oleh dokter tetap memutuskan, aku dilahirkan melalui operasi cesar. Seumur hidup, ayah belum pernah mengantarkan orang menjalani operasi cesar, bayangkan sekarang malah istri yang mau menjalaninya, muka pucat, badan lemas, hati takut,  menyertainya antara hidup dan mati. Beberapa saat kemudian ayah dipanggil oleh bu dokter, “Pak tak ada jalan lain lagi untuk menyelamatkan bayi dan ibu selain cesar, inipun resikonya besar, bisa saja tidak berjalan dengan lancar, ibu perlu dicek tekanan darahnya juga, akibat cesar menjadi cacat permanen terutama bekas operasinya, insya allah waktunya tidak lama, namun nantinya perawatanya yang lama Pak, bagaimana menuruk bapak?” Ayah terdiam sebentar kemudian mengangguk tanda setuju. “Perbanyak Doa Pak, agar operasi persalinan nati berjalan dengan lancar, ujar bu dokter”. Guna mengeluarkan Aku, ndah rela nyawa sebagai taruhanya.
Beberapa saat kemudian, ndah dibawa ke ruang operasi yang tidak jauh dari ruang bersalin, dengan bantuan suster serta tidak henti-hentinya menghibur ndah Ku, Ayah dan Yangti mengantar hanya pada ruang tunggu saja, memang ruang operasi itu tempatnya berlapis-lapis. Pada kesendirian dan ditemani oleh tim yang berbaju hijau, ndah mulai masuk ke dalam ruang operasi. Tidak sembarang orang dapat masuk ke sana, kondisinya steril bersih. Pada jam 11.30, tepat tanggal 29 Agustus 2015...oek...oek...oek..keras sekali suara tangisan Ku hingga ayah mendengar tangisan Ku bersama eyangti yang setia menunggu di ruang tunggu operasi. Aku di gendong oleh orang yang memakai baju hijau dan didekatkan oleh ayahku. Nampak semeringah wajah ayah Ku, melihat diri ku dapat menyaksikan indahnya dunia ini atau jangan-jangan ayah semeringah karena telah menjadi seorang ayah,hee..., padahal Aku udah dari kemarin ingin melihat...heeee. Telinga Ku dikumandangkan azan oleh ayah. Pada saat operasi berlangsung, Ndah diajak komunikasi oleh tim yang sengaja untuk menghibur, serta pada bagian perut ditutup kain warna hijau. “Aku sadar walau perut Ku dibeset karena memang tidak bius total” ujar ndah. Persalinan ndah ku dalam melahirkan Aku, alhamduilah berkat pertolongan allah selamat, hingga kini sekarang aku 2 tahun, semua sayang sama Aku, tak kecuali Mamak (mbh Parti) yang seperti ibu kandung Ku dalam kasih sayang merawat Ku, tante Luluk, aunti Sela, Eyangkung, Eyangti, mbk Anik, tante Lita, om Dedi, om Sisit, bude Reni, pakde Anis, mbh Liwa, mbk Aya, mbk Reta, pade sugiarto, bude Sri, tante Elsa, mbh Pakde, semua perhatian dicurahkan, buat Aku. Oh ya, Aku udah bisa ngomong, mam (makan), moh (tidak mau) abuk (panggilan untuk sebutan eyangti) udah bisa gaya berfoto, udah terbiasa salim, lambaikan tangan. Meski kadang rewel kalau mau bobok dan bangun pagi. Begitu sayangnya ke Aku meski besok (29 Agustus 2017) hari lahir Ku, genap ke 2 tahun, ndah masih memberiku asi ekskulsif lho..haaaaa... jadi malu. Apalagi kalau akung ngeluarin mobil, Aku hadang, minta muter-muter dulu sebelum kerja, begitu juga ama eyangti, sama motor spesi kesayanganya, kalau gak mau muterin aku nangis kejer,haaa.... “cerpen ini dibuat pertama kali oleh Ayah pas hari lahir Ku” kata ayah sih gitu, keren ya....seneng deh punya ayah kayak gini....adapun Pesen ayah “Jadilah anak yang berbakti, sholeha, faham agama, bentar lagi mau masuk sekolah PAUD”. “Sukses ya nak”.... kata Ayah. Eh....tidak terasa udah sampai masjid dan iqomat udah dikumandangkan, udah dulu ya teman....kami mau sholat berjamaah dulu, semoga amal ibadahnya diterima oleh allah SWT, amiiiin. 


Sabtu, 26 Agustus 2017

SEKOLAH FORMAL HARUS MENGHASILKAN OUTPUT yang BERKUALITAS

SEKOLAH FORMAL HARUS MENGHASILKAN OUTPUT yang BERKUALITAS
OLEH: HADI SETIYO, S.Pd.

 Sekolah formal merupakan instansi pendidikan pembentuk karakter yang sangat berperan penting dalam kelangsungan suatu negara, selain keluarga, lingkungan, media serta suritauladan seorang pemimpin. Jenjangnya beragam, mulai dari pendidikan Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar sederajat, Sekolah Menengah Pertama sederajat, Sekolah Menengah Atas sederajat, sampai Perguruan Tinggi.
Kemajuan zaman yang terus berkembang diimbangi dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, maka berlomba-lomba pula dalam hal pendirian lembaga pendidikan yang yang bernaung di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mupun Kementrian Agama. Cakupanya juga dipilah-pilah kembali, pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat sekolah negeri dan swasta, begitu juga pada Kementrian Agama. Menjamurnya sekolah formal yang ada, terkadang sampai ada sekolah bahkan notabenya sekolah negeri yang tidak mendapatkan murid. Berbagai taktik serta trik dilakukan agar orangtua/wali murid khususnya, simpatik dan menyekolahkan putra-putrinya pada sekolah tersebut. Jangan sampai dengan semakin ketatnya persaingan menjadi output hasil yang diharapkan semakin buruk karena dilakukan dengan cara yang menyalahi bahkan melanggar norma yang berlaku.
Pada dasarnya ada beberapa faktor yang bisa sebagai indikator guna terwujudnya output yang berkualitas. Sekolah formal baik negeri maupun swasta dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari Kementrian Agama, terdiri dari tiga tahapan yang menyertai ruang lingkup tersebut yaitu, Input, Proses, dan output.  Input merupakan masukan, terdiri dari Man (murid, guru, manajemen), Material (sarana-prasarana) serta Metode (SOP) Standard Operating Procedure). Tahap Man harus ada serta kritis dalam memahami, bila salah satu diabaikan maka akan sulit pada tapan selanjutnya. Tahapan proses menyangkut sebuah cara/langkah jitu yang harus dilakukan, perlu pembahasan yang mendalam agar menghasilkan output yang berkualitas pula.
Penyeleksian murid pada tahap PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) harus benar-benar slektif, mulai dari prestasi yang diraih, sikap yang diperoleh dari informasi sekolah asal. Berikutnya tentang tenaga pendidik, peserta didik telah terpenuhi, maka tidak kalah penting juga guru sebagai pengajar yang natinya akan menjalankan proses pembelajaran, peningkatan profesionalisme dapat melalui dengan memperbanyak membaca, dari buku, internet, mengikuti pelatihan-pelatihan, work shop, mengikuti perlombaan-perlombaan. Secara garis besar sebagai profesi harus memiliki kompetensi yang mencakup profesional, kepribadian, pedagogik serta jiwa sosial. Sarana-prasarana sekolah sebagai pendukung proses pembelajaran secara tidak sadar akan berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan, sekolah yang memiliki sarana-prasarana lengkap jelas berbeda dengan sekolah yang alakadarnya saja, ruang kelas, wc, labolatorium, lapangan olahraga sebagai contoh kecil saja. Guru dalam melangsungkan pembelajaran harus menguasai metode pembelajaran yang bervariasi, menyenangkan sehingga trasfer ilmu secara mudah dapat diserap.
Tahapan berikutnya proses, proses merupakan cara/langkah pelaksanaan dalam mengolah menjalankan tahap Input, siswa sebagai perserta didik, guru sebagai tenaga pendidik berkolaborasi menjalankan kurikulum yang berlaku. Saat ini memang negara kita gemar bergonta-ganti kurikulum. Tenaga pendidik mengetahui apa yang seharusnya diinginkan oleh pemerintah melalui kurikulum  2013. Setelah memahami, baru mengeplikasikanya dalam proses pembelajaran pada saat berinteraksi dengan peserta didik, tidak hanya itu, manajemen, material, juga sangat bergantung dengan proses, agar menghasilkan out put berupa manusia yang berkarakter, cerdas, mandiri dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang patuh dan taat kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UUD 1945 serta Pancasila yang Berbhineka Tunggal Ika dalam satu wadah negara Kesatuan Republik Indonesia.



dr. Djoko Judodjoko, SpB Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari dunia kesehatan Tanah Air di tengah upaya melawan virus coro...