dr. Djoko Judodjoko, SpB
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar duka datang dari dunia
kesehatan Tanah Air di tengah upaya melawan virus corona (COVID-19). Salah satu
dokter bedah senior dari Universitas Indonesia yakni dokter Djoko Judodjoko
meninggal dunia pada Sabtu (21/3/2020).
Dokter yang menimba segudang ilmu kedokteran di berbagai
universitas ternama di Indonesia dan luar negeri itu berpulang setelah
terinfeksi COVID-19.
Kabar ini disampaikan oleh dokter Pandu Riono melalui akun
Twitter pribadinya, @drpriono. Pandu adalah staf senior Departemen Biostatistik
dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
"Selamat jalan Mas Koko, maafkan saya belum berhasil
mendorong agar pemerintah @jokowi serius mengatasi pandemi covid19. Mas terinfeksi
karena aktif beri layanan. Banyak petugas kesehatan yang terinfeksi dan pergi,
minimnya APD [alat perlindungan diri] sulit dimaafkan. Tidak cukup bicara, kita
semua berbuat," tulis dr Pandu.
Sebelumnya, pada 18 Maret lalu, seorang dokter juga meninggal
di RS Adam Malik, Medan ketika berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) corona.
"Kita sangat prihatin kemarin tanggal 17 Maret satu
pasien PDP, saya tegaskan, satu pasien PDP meninggal dunia. Mungkin namanya
sudah tahu, namanya UMT, dokter UMT, saya singkat walau sudah ada di publik dan
pada saat meninggal posisinya adalah PDP sambil kita menunggu hasil lab
Balitbang Kementerian Kesehatan," kata Kepala Pelaksana Gugus Tugas
COVID-19 Sumut, Riadil Akhir Lubis, seperti dikutip dari detikcom Rabu (18/3/2020).
Lalu, siapa sebenarnya dokter Djoko?
Mengacu keterangan di situs resmi Rumah Sakit EMC Sentul
City, Bogor, dokter Djoko sudah banyak menimba ilmu di berbagai universitas
ternama di Indonesia dan global:
1976, Dokter Umum : Fakultas kedokteran, Universitas
Indonesia
1984, Microsurgey of the Cerebro Vascular Disease, The
Fujita Health University, Japan
1985, Microsurgery of the Skull Base Tumor, di The Nordstadt
Krankenhaous Hannover
1986, Dokter Spesialis Bedah Saraf, Universitas Padjajaran
1992, Posterior Spinal Fusion Surgery training, di Royal
Perth Rehabilitation Center
1995, Stereotactic Functional Neurosurgery training, di
Gunma University, Japan
1995, Microsurgery of the Cerebral Aneurysm training, di The
Research Institute for the Brain and Blood Vessel, Akita, Japan
2002, Endoscopic Spine Surgery training, di University of
Bordeaux, Perancis
2002, Spine Surgery and Instrumentation training, di St.
Louis University, Missouri USA
2003, Endoscopic Spine Surgery training, di Allegheny
General Hospital, Pittsburgh, USA
2003, Spine Surgery and Instrumentation training, di
Uniformed Service University for the health sciences, US Navy, Bethesda USA
2005, Spine Surgery and Instrumentation training, di The
Cleveland Clinic Foundation, USA
Situs alodokter juga mencatat, dokter Djoko juga merupakan
dokter bedah yang berpraktik di Bogor Medical Center. Almarhum memiliki
beberapa pengalaman sebagai dokter bedah di beberapa rumah sakit, seperti
Mayapada Hospital, Siloam Hospital, dan Elang Medical Center, Sentul, Bogor.
Dokter Djoko juga tergabung dalam Ikatan Ahli Bedah
Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia.
Selain menempuh profesi Kedokteran Umum di Universitas
Indonesia pada 1976 dan Spesialis Bedah Saraf di Universitas Padjadjaran pada
1986, dokter Djoko juga memiliki pengalaman menempuh pendidikan informal
seperti program Microsurgery of the Skull Base Tumor, di The Nordstadt
Krankenhaous Hannover pada 1985 dan Posterior Spinal Fusion Surgery training,
di Royal Perth Rehabilitation Center pada 1992.
Selamat jalan dokter.
Dikutip dari CNBC