Oleh: Hadi Setiyo, S.Pd.
METRO,
MI
Keluarga
merupakan tatanan institusi dan secara masif bagian dari masyarakat Indonesia.
Negara Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju yang ada di dunia,
sehingga tidak hanya menyandang sebuah negara yang sedang berkembang dengan
berlarut-larut, sebagai catatan, harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
ada berkualitas. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas salah satunya, lahir dari
suatu keluarga yang memiliki sistem pendidikan yang baik. Jadi saling
berhubungan, sehingga faktor pendidikan ini lah yang harus dinomor satukan
dalam keluarga tersebut.

Pendidikan Di Lingkungan
Keluarga
Penerapan
pendidikan di lingkungan keluarga,yaitu dengan senantiasa menerapkan pola
disiplin. Memang tidak seperti militer, namun dengan memiliki sikap disiplin,
maka akan menjadikan seorang anak menjadi bertanggungjawab dan tidak mudah
putus asa. Misalnya dengan memenejemen waktu antara bermain, belajar dan
membantu orangtua. Ketika putra-putrinya belajar, maka sebagai orangtua, ikut
mendampingi dan membimbing, mengajari sebisa mungkin. Ikut mengingatkan,
mengecek jadwal pelajaran, memfasilitasi apa keperluan yang dibutuhkan bagi
putra-putrinya, meski kesibukan akan hal pekerjaan yang begitu menguras tenaga
mereka tetap terapkan. Sehingga anak merasa dirinya diperhatikan dengan penuh
kasih sayang. “Walau badan terasa lelah, capek, seharian bekarja mencangkul,
tapi tetap saya sempatkan, padahal enaknya istirahat, kalau gak nonton televisi”.
Ujar Bapak Waluyo. “Tapi ya namanya
anak-anak kadang susah juga, apalagi teman-temanyakan bebas gak pernah belajar,
jadi keikut”. “Menjadi orangtua harus penuh kesabaran, ada satu lagi memberikan dorongan,
baik anggaota keluarga maupun sanak saudara dekat Lanjut Pak Waluyo. “Ponakan
saya Witono Hardi yang sekarang dosen ITS Surabaya itu juga tidak
henti-hentinya memberikan nasihat kepada anak-anak saya, efeknya luar biasa “.
Selain itu dengan mengedepankan toleransi dalam keluarga, karena walaupun satu
kandung, pola fikir putra-putri memiliki keberagaman, baik dari segi makanan
kesukaan, kebiasaan, ataupun dari sifat-sifat itu sendiri. Kejujuran, gotong
royong yang sangat langka dimasa sekarang, menjadi sebuah perhatian yang sangat
serius. Penerapanya dimulai dari ucapan, yang jauh dari kata dusta dan fitnah.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanawataala dengan
menertibkan dalam menjalankan ibadah suatu hal yang mutlak. Dengan
pembiasaan-pembiasaan ini yang natinya menjadi modal dalam mengarungi kehidupan
dilingkungan sosialnya.
Sekolah Formal
Menjadi Faktor Pendukung
Tekat
bulat dan keteguhan hati kuat yang dimiliki keluarga tersebut, maka memutuskan
putra-putrinya untuk dinyekolahkan hingga sarjana, agar tidak memiliki nasib
yang sama dengan orangtuanya kerja kasar. Menyadari bahwasanya putra-putri
tidak cukup dengan hanya meninggalkan harta-benda saja dan perlunya ilmu
pengetahuan dalam bekal hidup. Angan-angan ini tidak begitu mudah dilakukan,
karena begitu kuat pengaruh, terutama di lingkungan sekitar, cemooh,merendahkan
harkat martabat sering kali dilontarkan. Karena pada saat itu keluarga yang
menyekolahkan putra-putrinya hingga sarjana masih jarang. Pengaruh pergaulan
sang anak pun juga, membuat kerepotan orangtua, sampai gedek kepala.
Alhasil,
karena dalam lingkungan keluarga tersebut telah digembleng sangat matang,
dengan mengucap syukur alhamdulilah, keluarga Bapak Waluyo dan Ibu Sulasmi,
yang memiliki 5 buah hati mengenyam pendidikan hingga bangku sarjana. “Anak
saya 5, yang pertama laki-laki, bernama Sugiarto, dulu disekolahkan perusahaan
tempat ia bekerja digalangan kapal hingga ke Jepang. Ke-2 laki-laki, bernama
Anis Dianto, masuk UNILA tanpa tes mengambil jurusan pertanian, ke-3 Hadi Setiyo,
lulusan keguruan, ke-4 Dedi Riswanto, lulusan keguruan juga dan yang terakhir
perempuan, bernama Sulisetiani sama mengambil keguruan dan masih semester 1 ini”.
Ujar Pak Waluyo dengan gaya bahasa jawa tulenya. Kisah ini seyogyanya kita
jadikan renungan, bahwasanya keadaan ekonomi khusunya, bukan menjadi halangan
untuk meniti karier putra-putrinya dan materi, bukan tolak ukur kesuksesan. “Apalagi
sekarang, kita hidup jaman padang (era modern yang serba instan, serba mudah,
hidup kecukupan), agar pola fikir kita berkemajuan, sehingga menjadikan
keluarga yang berkualitas menuju Indonesia yang gemilang pesan Pak Waluyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar